-
Par atjenese le 26 August 2010 à 03:52
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim ....Iblis Itu Benar-benar Ada! Bukan Ilusi..!!
A. Iblis adalah Mahluk, Bukan Sekedar Sifat.
Tidak ada kaum muslimin yang mengingkari keberadaan Iblis (jin) kecuali sebagian golongan al Jahmiyah dan al Mu’tazilah. Namun pada saat ini banyak yang terpengaruh, mereka beranggapan bahwa iblis bukanlah mahluk, melainkan hanya sekedar sifat yang disematkan kepada manusia yang suka berbuat jahat. Manusia yang jahat disebut iblis. Sungguh pendapat ini adalah pendapat yang sangat batil, Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Robbnya. Patutkah kalian mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain dari pada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Alloh subhanahu wa ta’ala) bagi orang-orang yang zalim.” [QS. Al-Kahfi (18): 50].
Di dalam ayat ini Alloh subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada para malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada Adam. Kemudian Iblis membangkang perintah Alloh subhanahu wa ta’ala. Pembangkangan tersebut adalah sebuah perbuatan yang dilakukan oleh mahluk, bukan sifat, karena sifat tidak kuasa melakukan apapun. Kemudian dikatakan : “Dia adalah dari golongan jin.” Jadi lebih jelas lagi bahwa Iblis adalah mahluk dari golongan jin. Di dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari ‘Aisyah rodhiallohu ‘anha , Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari nyala api murni (tanpa asap), dan Adam diciptakan dari apa yang telah sampai kepadamu (tanah).”
(HR. Muslim no. 2996).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Iblis benar-benar makhluk, diciptakan Alloh subhanahu wa ta’ala dari api.
B. Antara Iblis dan Setan.
Iblis adalah Setan. Dinamakan Iblis karena makhluk ini telah putus asa dari rahmat Alloh subhanahu wa ta’ala , perhatikanlah ayat-ayat di bawah ini tentang pemakaian kalimat Iblis dan Setan:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ….” [QS. Al Baqarah (2):34].
“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu ..”[QS. Al Baqarah (2):36]
C. Keyakinan Bahwa “Iblis Tidak Ada” Adalah Sangat Berbahaya.
Tidak meyakini adanya iblis adalah merupakan musibah yang bisa menyebabkan kekafiran besar. Seseorang tidak akan pernah menyadari akan bahayanya. Bahwa Iblis selalu memerangi manusia dari arah, depan, belakang, kiri dan kanan, dengan berbagai macam kejahatan yang akan menggelincirkan kepada kemaksiatan, dan puncaknya adalah menjerumuskan ke dalam kekufuran, menuju neraka jahannam. Naudzubillah min dzalik. Betapa bahayanya makhluk ini sehingga Alloh subhanahu wa ta’ala mengajarkan doa dengan lafaz-lafaznya langsung untuk berlindung darinya, sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala :
Dan katakanlah: “Ya Robbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Robbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” [QS. Al Mu’minun (23):97-98].
Lafaz-lafaz doa khusus ini harus kita amalkan setiap saat untuk terlepas dari tipu daya mereka.
D. Iblis dan Bala Tentaranya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS.Al A’rof [7} :27)
Kebencian iblis terhadap manusia adalah kebencian yang sangat jahat. Sesuai dengan sumpahnya iblis akan menyesatkan Adam dan keturunannya, menjerumus-kan ke dalam neraka. Kejahatan iblis mengancam setiap anak Adam, baik yang beriman maupun yang kafir. Sebab pada dasarnya iblis benci terhadap makhluk yang bernama manusia. Kebencian itu lahir karena dendam kesumatnya kepada manusia, dia terlaknat dan terusir dari jannah karenanya.
Realisasi sumpah Iblis untuk menyesatkan manusia dari sirotulmustaqim hingga hari Kiamat bukanlah isapan jempol. Upaya penyesatan itu terjadi dari zaman ke zaman. Banyak sekali manusia yang telah menjadi korbannya. Seorang muslim tidak boleh merasa tenang, sebab ancaman datang setiap saat. Iblis dan bala tentaranya memiliki strategi dan perangkap yang banyak untuk menghancurkan manusia, Upaya-upaya pengkaburan terhadap dien yang murni terus dilakukan. Munculnya aliran-aliran sesat sesungguhnya tidak lepas dari sekenario iblis la’natulloh ‘alaih.
E. Beberapa bentuk kejahatan iblis.
* Setan mengajarkan sihir (QS. Al-Baqarah: 102).
* Setan turun kepada pendusta, pendosa, dan yang mendengarkan mereka, berpenampilan sebagai seorang penyair yang mengatakan perkataan-perkataan yang indah, padahal mereka sering mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (QS. Asy-Syu’ara: 221-227).
* Setan menjadikan manusia lupa mengingat Alloh subhanahu wa ta’ala (QS. Al-Mujadilah: 19).
* Setan menimbulkan perselisihan di antara hamba-hamba Alloh subhanahu wa ta’ala (QS. Al-Isra’: 53).
* Setan dikirim kepada orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh (QS. Maryam: 83).
* Setan selalu menyertai orang yang berpaling dari Al-Quran (QS. Az-Zukhruf: 36).
* Setan membangkitkan angan-angan kosong (QS. An-Nisa’: 102).
Hanya dengan meniti jalan yang lurus lagi murni, jalan yang ditempuh oleh Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, manusia akan terselamatkan dari tipu daya Iblis la’natulloh alaih..!!. Jalan inilah yang akan mengantarkan manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. WAlloh subhanahu wa ta’alau A’lamhttp://www.hasmi.org/iblis-itu-benar-benad-ada-bukan-ilusi.html
your comment -
Par atjenese le 26 August 2010 à 03:45
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim ....Dakwah Para Rasul
Sepanjang sejarah manusia, semenjak nabi Adam Alaihi Salam hingga Nuh Alahi Salam semoga Alloh subhanahu wa ta’ala senantiasa mencurahkan kesejahteraan kepada mereka (yang diperkirakan berjarah 10 abad), masih tetap berada diatas dasar dan landasan tauhid.
IbnuAbbas berkata:
كان بين نوح وادم عشرة قرون كلّهم على شريعة من الحقّ فاختلفوا فبعث الله النبيين مبنشّرومنذرين
“Antara Nuh dan Adam terdapat 10 abad yang seluruhnya berada pada syariat yang haq lalu mereka berselisih, maka Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan ancaman.” [jami’ Al Bayan 2/194].
Read More
Penyimpangan terhadap ajaran tauhid, pertama kali terjadi dikalangan umat nabi Nuh Alaihi Salam, yang menyembah patung karena penghormatan yang berlebihan terhadap orang sholeh diantara mereka. Alloh subhanahu wa ta’ala mengisahkan kejadian ini dalam Firman Nya :
“ Nuh berkata : “ Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu daya yang amat besar. Dan mereka berkata : “Jangan sekali-kali kalian meniggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr.”{Qs Nuh : 21-23}
Ibnu Abbas berkata :
صارت الأوثان التى كانت في قوم نوح في العرب بعد امّا ودّكانت لكلب بدومة الجندل وامّا سواع كانت لهذيل وامّا بغوث فكانت لمراد ثمّ لبنى غطيف باجرف عند سباء وامّايعوق فاكانت لهمدان وامّا نسر فكانت لحمير لال ذى الكلاع اسماء رجال صالحين من قوم نوج فلمّاهلكوا اوحى الشيطان الى قومهم ان انصبوا الى مجالسهمالّتى كانوا يجلسون انصابا وسمّوها باسماءهم ففعلوا فلم تعبد حتى اذا هلك اولئك وتنسّخ العلم عبدت
“Berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa arab setelahnya. Wadd adalah berhala bani Kalb di Daumatil Jandal. Sawaa adalah berhala bani Hudzail. Yaghuts adalah berhala bani Murod, kemudian untuk bani Ghuthoif disebuah wadi bansa Saba. Ya’uq adalah berhala untuk Hamdan. Sedangkan Nashr berhala untuk Himyar. Semuanya nama-nama tokoh-tokoh orang-orang sholeh kaum nabi Nuh . ketika mereka mati syaithonpun mulai menghembuskan kepada kaum mereka bisiksn untuk membuat patung-patng mereka di dalam majelis-majelias tempat meeka duduk, lalu mereka namakan dengan nama-nama tersebut, lalu mereka melakukannya, namun belum disembah, sampai ketika mereka semuanya telah mati dan ilmu mulai redup, maka maka semua itu disembah .” [HR. Bukhori: 4920]
Dari ummat nabi Nuh inilah kemudian syirik itu menyebar ke tengah umat manusia sesudah mereka. Dalam konteks seperti itulah kafilah nabi-nabi dating silih berganti untuk mengenbalikan manusia kepada dasar fithroh mereka yaitu tauhid.
Alloh subhanahu wa ta’ala Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelummu ( Muhammad) melainkan kami memberi wahyu kepadanya yaitu bahwa tidak ada Ilah kecuali Alloh subhanahu wa ta’ala. Maka beribadahlah kalian kepadaKu” {Qs Al Anbiyaa : 25}
“Seluruh Rasul yang sebelummu (Muhammad) beserta kitab-kitab mereka pokok dan dasar risalah mereka adalah perintah beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala semata, tidak ada sekutu bagi Nya, serta penjelasan bahwa Dialah Ilah yang haq yang berhak diibadati. Dan beribadah kepada selain Nya adalah bathil .” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 470]
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“ Sungguh telah Kami bangkitkan seorang Rasul bagi tiap-tiap ummat dengan perintah :
“ Beribadahlah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dan jauhilah Thaghut.” {Qs An Nahl : 36}
“ Bahwasanya tidak ada satu ummatpun, yang dahulu maupun yang kemudian, kecuali Alloh subhanahu wa ta’ala utus kepadanya seoarng Rasul yang semuanya membawa satu dakwah satu agama (syariat) yaitu beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala semata, yang tidak ada sekutu bagi Nya.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 393]
Dalam ayat lainpun Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,lalu ia berkata : “Wahai kaumku, beibadahlah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Sekali-kali tak ada Ilah bagi-mu selain Nya.” {Qs Al A’raaf : 59}
“ Alloh subhanahu wa ta’ala bwerfirman tentang Nuh atau rasul-rasul yang lain : “ Sesungguhnya Kami telah mengutusnya kepada kaumnya untuk mengajak mereka beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala semata. Ketika mereka menyembah berhala.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 255]
Dan dalam ayat yang senada dengan ayat diatas Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum A’ad saudara mereka Hud. Ia berkata : “ Hai kaumku, beribadahlah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain Nya.” {Qs Al A’raaf 65}
“ Dia menyeru mereka kepada tauhid, melarang mereka berbuat syirik dan kedzoliman di muka bumi.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 265]
“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Sholeh ia berkata : “ Hai kaumku. Beribadahlah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian.” {Qs Al A’raaf : 73}
“ Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus seorang nabi kepada mereka untuk mengajak kepada iman dan tauhid serta melarang mereka berbuat syirik dan mencari tandingan-tandingan. Dakwahnya Sholeh termasuk jenis dakwahnya rasul-rasul yang lain yaitu perintah beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dan menjelaskan bahwa hamba tidak memiliki Ilah selain Dia.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 257]
Semua itu terus berjalan, hingga tiba saatnya Alloh subhanahu wa ta’ala mengankat nabi Isa kelangit lalu manusia mulai menyimpangkan dan mengganti syariat Alloh subhanahu wa ta’ala, sehingga syirik merata di muka bumi dan kaum Yahudi dan Nashranipun mulai mempersekutukan Alloh subhanahu wa ta’ala. Kaum Yahudi menyembah Uzair, sedangkan kaum Nashrani menyembah Isa dan ibunya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“ Orang-orang Yahudi berkata : “ Uzair itu putra Alloh subhanahu wa ta’ala “ Dan orang Nashrani berkata : “ Al Masih itu putra Alloh subhanahu wa ta’ala “ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru orang-orang kafir yang terdahulu…” {Qs At Taubah : 30}
“ Pengikut Isa Al Masih berbeda pendapat setelah beliau diangkat ke langit,sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas dan para ulama salaf lainnya. Sebagaimana mereka berkata : “ Pada kami ada seorang hamba dan rasul Alloh subhanahu wa ta’ala yang diangkat ke langit “ yang lain berkata “ Dia adalah Alloh subhanahu wa ta’ala “. Sedangkan yang lainnya lagi berkata : “ Dia anak Alloh subhanahu wa ta’ala “ [Al Qoshosh al Anbiya : 627]
Dan nun jauh disana, tepatnya dijazirah Arab, mayoritas bangsa Arab sudah semenjak lama mengikuti dakwah Ismail, yaitu tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, mengesakan Nya dan memeluk agama Nya.
Dan waktupun bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran tauhid yang pernah disampaikan kepada mereka.sekalipun begitu, masih ada sisa ajaran tauhid dan beberapa Syiar dari agama Ibrohim, hingga muncul Amr bin Luhay, peminpin bani Khuza’ah. Dia tumbuh sebagai orng yang suka berbuat bijak, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian dia mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam yang menyemah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat lahirnya para rasul dan turunnya kitab. Maka dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Alloh subhanahu wa ta’ala dengan menyembah Hubal tersebut. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk tanah suci.
Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Dikisahkan bahwa Amr bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin.
Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wadd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr) terpendam di Jiddah. Maka dia datang kesana dan mengangkatnya,lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Al Masjidil Haram dengan berbagai macam berhala dan patung.
Tatkala Rasulullah menaklukan Mekkah, disekitar Ka’bah ada tiga ratus enam puluh berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua, lalu memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.
Begitulah kisah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala,yang menjadi Fenomena terbesar dari agama orang-orang jahiliyah yang (masih) menganggap dirinya berada dalam agama nabi Ibrohim yang hanif.
Untuk itu pulalah, Rasulullah diutus yaitu untuk mengembalikan fithroh manusia pada tauhid yang didakwahkan rasul-rasul sebelumnya.http://www.hasmi.org/dakwah-para-rasul.html
your comment -
Par atjenese le 26 August 2010 à 03:37
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim ...Tujuan hakiki menuntut ilmu
“Barangsiapa yang menmpuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Alloh akan memudahkan baginya dengan hal itu jalan menuju surga.” (H.R Muslim no:2699) karena memang dengan ilmulah sesorang akan beribadah kepada Alloh dengan baik dan benar dan inilh yang membedakan dengan orang yang tidak memiliki ilmu:
{Katakanlah: apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tiudak mengetahui. Q.S Azzumar: 9}
Oleh karena itu maka drajat orang-orang yang beriman lagi memiliki ilmu lebih tinggi derajatnya dari orang beriman namun tidak berilmu sebagaimana dalam Alqur’an:
{Alloh akan mengangkat drajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu penghetahuan beberapa derajat. Q.S Almujadilah: 11}Ibnu Abbas radhiallohu’anhu berkata: Bagi seorang ulama memiliki derajat di atas orang mukmin dengan 700 derajat yang mana diantara dua derajat sejauh perjalanan selama lima ratus tahun.
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Rasululloh alaihisolatu wasasalam bersabda:
“Barangsiapa yang Alloh inginkan kebaikan padanya maka dia akan memahamkannya dalam hal agama dan sesungguhnya ilmu itu (diperoleh) dengan cara belajar.” (H.R Albukhori)diantara mutiara faidah dari hadits ini adalahbahwa tingkat pemahaman seseorang akan dienullohtergantung tingkat kebaikan yang Alloh kehendaki atas seorang hamba dan inilah warisan Rasululloh terhadap ummatnya [Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham melainkan mereka mewariskan ilmu dan barangsiapa yang mengambilnya niscaya ia telah mengambilnya dengan bagian yang banyak. H.R. Ahmad dan lain-lain]
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Bukankah kita diciptakan untuk beribadah? Ketahuilah bahwa ilmu itu sendiri adalah ibadah, sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama :”ilmu itu adalah shalat secara rahasia dan ibadah hati.” Karenanya inti dari sebuah ilmu adalah rasa takut kepada Alloh ta’ala sebagaimana dikatakan oleh imam Ahmad :”inti ilmu adalah rasa takut kepada Alloh ta’ala.” Perkataan yang indah ini seiring dengan kalamulloh:
{sesunguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama Q.S faatir 28}
Ikhlaskanlah dirimu dalam menuntut ilmu agar ilmu yang kau raih bermanfaatdan berkah bagi dirimu sendiri khususnya dan umumnya bagi ummatmu, Imam Ahmad berkata: “ ilmu itu sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar.” Bagaimanakah benar niatnya itu wahai abu abdillah? Tanya orang-orang kepada beliau , maka beliau menjawab :” yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Ingatlah bahwa menuntut ilmu adalah untuk kau amalkan terlebih dahulu karena tidak mengamalkan ilmu merupakan penyebab utama hilangnya keberkahan ilmu, Ibnu mas'ud radhiallohu 'anhu berkata: "Dahulu salah seorang dari kami jika telah mempelajari sepuluh ayat, ia tidak akan pindah dari ayat-ayat tersebut kecuali setelah mengetahui maknanya dan mengamalkannya." Adapun seorang penuntut ilmu yang tidak mengamalkan ilmunya sesungguhnya ia seperti orang-orang yahudi yang telah mendapatkan murka Alloh ta'ala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas ilmunya dan Alloh benar-benar mencela orang seperti ini seraya berfirman
{Amat besar kebencian Alloh bahwa kamu mengatakan apa saja yang tidak kau kerjakan. Q.S. asshaf 3}
Ayat ini merupakan ancaman berat bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya, dikatakan oleh beberapa ulama bahwa:" Seseorang yang memiliki ilmu dan tidak mengamalkan ilmunya akan di adzab sebelum para penyembah berhala." Inilah kerugian besar dan bahkan ia tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu dan juga ia akan lupa akan ilmunya, adapun orang-orang yang mengamalkan ilmunya maka Alloh akan menambahkan petunjuk baginya sebagaimana dalam firman-Nya:
{Dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk, Alloh akan menambah petunjuk bagi mereka. Q.S. Muhammad 17}bahkan lebih dari itu bagi orang-orang yang mengamalkan ilmunya seraya bertaqwa kepada Alloh ta'ala niscaya Alloh ta'ala akan menambahkan ilmu padanya sebagaimana dalam firman-Nya:
{Dan bertaqwalah kepada Alloh niscaya Alloh akan mengajarkanmu, dan Alloh akan mengetahui segala sesuatu. Q.S Albaqoroh 282}
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Harus disadari bahwa hakikat belajar adalah merubah diri sendiri agar menjadi lebih baik, maka celakalah bagi orang yang menuntut ilmu namum tidak mau merubah dirinya dengan ilmu tersebut menjadi lebih baik karena ini akan menjadi hujjah di hari akhir nanti, Saudaraku… jangan kau jadikan niatmu dalam menuntut ilmu untuk merubah orang lain terlebih dahulu tapi dahulukan dirimu sendiri agar kau menjadi orang yang mulia. Mengamalkan ilmu merupakan zakat dari ilmu itu sendiri sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Bisr alhafi rahimahulloh :" Tunaikan zakat hadits, (caranya) amalkan dari setiap dua ratus hadits lima hadits." Di sisi lain sahabat Ali bin abi thalib radhiallohu 'anhu berkata:" Ilmu itu di panggil dengan mengamalkan, bila dipanggil ia akan menjawab dan jika tidak maka akan pergi. H.R Ibnu abdil bar."
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Inilah tujuan hakiki menuntut ilmu, yaitu: mengamalkannya dalam kehidupan, bukan untuk disombongkan ataupun untuk membodohi kaum muslimin dan juga bukan untuk meraih fatamorgana dunia melainkan untuk mengharapkan ridho Alloh ta'ala tentunya dengan mengamalkan ilmu tersebut agar meraih ridho illahi, Rasululloh alaihisolatu wassalam memperingkatkan ummatnya dalam masalah ini seraya bersabda “barangsiapa yang mempelajarai suatu ilmu yang sepantasnya dengan ilmu tersebut untuk mencari ridho Alloh namun ternyata untuk memperoleh kemewahan duniawi niscaya ia tidak akan mencium baunya surga nanti di hari kiamat kelak.” (H.R Ibnu majah dengan sanad yang shahih dan Ahmad)
Saudaraku…Sucikan niatmu dalam mencari ilmu agar ia tidak menjadi bumerang dan musibah dalam hidupmu didunia dan akherat, jadikan semangatmu dalam menuntut ilmu adalah untuk diamalkan dan bukan untuk banyaknya hafalan tanpa amal, Ibrahim al-kahawas rahimahulloh berkata:" Bukannya ilmu dengan banyaknya meriwayatkan hadits karena sesungguhnya orang yang berilmu adalah orang yang mengikuti dan mengamalkan ilmunya serta mengikuti sunah-sunah walaupun ia hanya memilki sedikit ilmu. Dalam Kitab 'Al'itisom Sufyan atsauri rahimahulloh berkata:" Ilmu memanggil untuk beramal, apabila panggilan tersebut dipenuhi maka kekallah ilmu, bila tidak maka ilmupun akan lenyap.
Saudaraku…Jelaslah sudah bahwa hakikat menuntut ilmu adalah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan hendaklah kau takut dengan banyaknya ilmu yangkau miliki sedang kau tidak mengamalkannya sebagimana yang dikatakan oleh sahabat rasul Abu darda radhiallohu 'anhu:" Sungguh sesuatu yang paling saya takutkan saat saya berdiri pada hari perhitungan jika dikatakan: kamu sudah mengetahui maka apa yang sudah kau amalkan terhadap apa yang sudah kau ketahui.” (H.R Addarimi)
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Imam jalaludin assuyuti rahimahulloh menuliskan perkataan para ulama dalam kitabnya tadriburowi tentang pentingnya mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari, diantaranya perkataan imam Amr bin qois rahimahulloh :"jika telah sampai padamu suatu kebaikan maka amalkanlah walau hanya sekali." Imam waqi’ rahimahulloh juga berkata :"Jika engkau handak menghafal hadits maka amalkanlah walau hanya sekali." Perkataan beliau juga seiring dengan perkataan Imam ibrahim bin ismail:" kami memperkuat hafalan hadits dengan mengamalkannya." Imam ahmad bin hambal rahimahulloh juga berkata:" Tidaklah saya menuliskan satu hadits kecuali saya telah mengamalkannya hingga suatu saat saya mendapatkaan satu hadits bahwa nabi alaihisolatu wassalam berbekam dan memberikan abu thoyibah (tukang bekam) satu dinar maka sayapun berbekam dan memberikan tukan bekam satu dinar."
Saudaraku..Demikianlah ulama-ulama kita mengamalkan ilmu yang mereka pelajari hingga merekapun menjadi orang-orang yang mulia dan sejarahpun mencatat mereka sebagai penuntut ilmu sejati karena mereka benar-benar mengamalkan ilmu yang mereka pelajari, Alloh ta'ala berfirman:
{Dan orang-orang yang berjihad/ bersungguh-sungguh (mencari keridhoan kami), benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami, dan sesungguhnya Aloh benar-benar beserta oranag-orang yang berbuat baik. Q.S. Alankabut 69}Saudaraku.. ayat ini adalah janji Alloh ta'ala kepadamu jika kamu bersungguh-sungguh hendak menuntut dan mengamalkan ilmu niscaya Alloh ta'ala akan memudahkanmu meraih keberkahan ilmu.
Saudara kaum muslimin rohimakumulloh..
Kemuliaan didunia dan akherat akan kau capai jika kau benar-benar mengamalkan ilmu yang kau miliki, hiasai dirimu dengan amal shaleh, latih dirimu sejak dini untuk menjadi orang-orang yang bersegera dalam mengamalkan kebaikan, sebab dengan demikianlah kau akan meraih keberkahaan ilmu dan semakin kau mengamalkan ilmu maka kaupun semakin takut kepada Alloh ta'ala dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya dan inilah inti dari sebuah ilmu, Imam suyuti rahimahulloh berkata:" sesungguhnya orang faqih (mengerti) adalah orang yang menjaga diri dari apa-apa yang Alloh haramkan, dan orang yang berilmu adalah orang yang takut kepada Alloh Saudaraku.. inilah ilmu yanag sebenarnya yang menjadikanmu semakin takut kepada Alloh ta'ala.
Demikianlah goresan pena dari saudaramu yang sangat berharap semoga kita semua menjadi penutut ilmu sejati dengan mengamalkan setiap ilmu yang kita pelajari dan berdoalah sebagaimana rasul kita berdo'a [Ya Alloh.. sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusu', jiwa yang tidak merasa puas dan dari doa yanag tidak dikabulkan. H.R. Muslim, Annasai, Ahmad dan atabrani]http://www.hasmi.org/tujuan-hakiki-menuntut-ilmu.html
your comment -
Par atjenese le 26 August 2010 à 03:32
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim ...Dakwah Titian Kebangkitan
Dakwah adalah perkara besar yang agung dan utama, tak sebanding dengan segala perkara lain yang ada di dunia. Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus ribuan nabi dan rosul hanya untuk perkara ini saja. Berdakwah di tengah-tengah umatnya, membacakan ayat-ayat-Nya, membangkitkan jiwa-jiwa, memberi petunjuk kepada manusia, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan menjelaskan kebenaran kepada mereka. “ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. al-Jumu’ah [62] : 2)
Ketika kesyirikan menyebar di tengah umat manusia, batu disembah, kuburan dikeramatkan, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Nuh ‘alaihissalam, untuk berdakwah. Ketika penjajahan dan kekejaman merajalela, ketika semua bayi laki-laki dibunuh, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus Musa ‘alaihissalam. Bukan untuk membuat tentara tandingan, melainkan untuk berdakwah. Ketika penyimpangan seksual merajalela dan kemaksiatan sudah terjadi dimana-mana, Alloh subhanahu wa ta’ala pun mengutus Nabi Luth ‘alaihissalam untuk berdakwah. Ketika seluruh kemaksiatan, kedzoliman, dan seluruh bentuk penentangan terhadap hukum-hukum Alloh subhanahu wa ta’ala terjadi pada kaum kafir Quraisy, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam untuk berdakwah.
Setiap kali kerusakan melanda umat manusia di zaman dulu, semisal kerusakan moral, susila, kebudayaan, tatanan masyarakat, sistim politik, ekonomi dan kerusakan lainnya, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus gelombang para nabi dan rasul. Semua mengemban amanat perbaikan dan kebangkitan, tujuan asasinya adalah penyelamatan massal dari kesempitan dan bencana besar di dunia dan akhirat, dengan amal dakwah.
Dan kini, saat banyak sekali terjadi kesyirikan dan pergeseran keyakinan. Tontonan sihir makin semarak di televisi, dinikmati dari anak-anak sampai orang dewasanya, menyebarkan racun mematikan. Aurat wanita dipajang dan diumbar. Para penantang Alloh subhanahu wa ta’ala bermunculan di kampus-kampus, faham liberal, atheis, sekuler dikembangbiakkan. Kelompok sesat bermunculan merekrut kaum awam. Pergaulan muda-mudi telah melewati batas kesopanan. Korupsi, narkoba dan miras hampir menjadi budaya.
Semua adalah pembangkangan nyata terhadap perintah dan larangan Alloh subhanahu wa ta’ala, mengundang murka dan azab-Nya. Bahkan azab-azab itu pun telah berdatangan. Banjir, gempa, angin topan, tanah longsor, kebakaran, letusan gunung berapi, pesawat jatuh, kapal tenggelam semua terjadi silih berganti.
“Telah muncul kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh subhanahu wa ta’ala menimpakan mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar –Rum [30] : 41)
Adakah jawaban untuk semua keterpurukan dan bencana ini? Dakwah lah solusinya! Semua bencana dan keterpurukan itu akan terus berlangsung sampai kita semua terbinasakan. Bila kita tidak bangkit! Kita semua harus bangkit bersama-sama! Kita harus mewujudkan kebangkitan total! Bukan kebangkitan yang berorientasi kepada keduniaan semata. Kebangkitan sejati adalah kebangkitan ruhani yang kuat dan menyeluruh, yaitu terwujudnya di masyarakat kita ini dominasi penitian Sirotulmustaqim, penitian jejak-jejak Rasululloh dan para sahabatnya.
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 122)
Jalan utama untuk melenyapkan keterpurukan ruhani adalah pencerahan jiwa-jiwa dengan dakwah yang benar. Jiwa-jiwa yang tercerahkan dengan dakwah yang benar akan bangkit dan bergerak meninggalkan semua elemen-elemen keterpurukan tadi serta akan menggantikannya dengan penitian Sirotulmustaqim secara kaffah di seluruh lapangan kehidupan. Tujuan utama melenyapkan keterpurukan ruhani adalah meraih kebahagiaan surga dan keselamatan dari neraka. Sekalipun demikian, terwujudnya kebangkitan ruhani pun pasti akan menghasilkan kecemerlangan dunia.
”Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka”. (QS. al-A’rof [7]: 96)
Kita harus segera memulai suatu gerakan kebangkitan mengikuti jejak para nabi dan rasul, para pembangkit yang mulia. Kita juga harus melibatkan semua orang, keluarga, kerabat maupun teman. Saat kita merenungi kehidupan Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, maka dapat kita temukan bahwa tak ada satu pun dari mereka kecuali mengajak anggota keluarganya, temannya, bahkan semua orang yang dikenalnya, untuk sama-sama berdakwah sesuai kemampuan. Pertama kali wahyu turun pada Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikannya pada istri tercinta, lalu temannya, keponakannya, dan semua orang yang beliau kenal.
Alloh subhanahu wa ta’ala telah menjadikan dakwah sebagai solusi permasalahan umat dari zaman ke zaman. Jika kita mentadabburi al-Qur’an, sebagian besar isinya bercerita kisah-kisah dakwah dan bagaimana cara para nabi dan rasul berdakwah. Oleh karena itu, umat ini wajib mengambil dan memikul tugas dakwah, sebagaimana dulu para sahabat nabi rodhiAlloh subhanahu wa ta’alau anhum tuntas menunaikannya.
Sekarang waktunya membuat keputusan! Permasalahan umat sudah ada di depan mata dan tugas-tugas besar menunggu untuk kita tunaikan. Mari berlelah-lelah untuk agama Alloh subhanahu wa ta’ala, mari kita berkorban lagi dan lagi sampai saatnya kelak Alloh subhanahu wa ta’ala menyatakan keridhoan-Nya. Mari saudaraku… alangkah nikmatnya ketika kita berlelah-lelah untuk dakwah dan tidur dalam kelelahan setelah berdakwah, sehingga kelak Alloh subhanahu wa ta’ala pertemukan kita dengan Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.http://www.hasmi.org/dakwah-titian-kebangkitan.html
your comment -
Par atjenese le 26 August 2010 à 03:27
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim ...Dakwah Adalah Segalanya
Secara bahasa, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata da’a (fi’il madhi) dan yad’u (fi’il mudhari’) yang artinya memanggil (to call), mengundang ( to invite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan me-mohon (to pray) (Warson Munawir, 1994:439). Da’wah dalam pengertian ini dapat dijum-pai dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf :33 dan Surat Yunus:25.
Secara istilah pengertian da’wah di-maknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan kesela-matan dunia dan akhirat.
Istilah da’wah digunakan dalam Al Qur’-an baik dalam bentuk fi’il maupun dalam bentuk mashdar berjumlah lebih dari se-ratus kali. Dalam Al Qur’an, da’wah dalam arti mengajak baik dalam hal kebaikan maupun keburukan, ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, 7 kali kepada neraka dan kejahatan.
Beberapa dari ayat tersebut:
1. Mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ( QS. Ali Imran [3]:104)
2. Mengajak manusia kepada jalan Alloh subhanahu wa ta’ala (QS an-Nahl [16]:125)
3. Mengajak manusia kepada agama Islam (QS as-Shaff [61] [:7)
4. Mengajak manusia kepada jalan yang lurus (QS al-Mukminun [23]:73)
5. Memutuskan perkara dalam kehidupan umat manusia, kitabulloh dan sunnatur-rosul (QS an-Nur [24]:48 dan 51, serta QS Ali Imran [3]:23)
6. Menggajak ke surga (QS al-Baqarah [1]:122)
”Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Alloh subhanahu wa ta’ala, dan aku tiada ter-masuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf [12]:108)
Dari ayat ini definisi da’wah di dalam Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain ber-dasarkan bashirah (ilmu yang benar) untuk meniti jalan Alloh subhanahu wa ta’ala serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak, memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan da’wah dalam ruang lingkup tabligh.Kata bashirah untuk menunjukan da’wah itu harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat meniti jalan Alloh subhanahu wa ta’ala untuk menunjukan tujuan da’wah yaitu mardhatillah. Kalimat istiqamah dija-lan-Nya untuk menunjukkan da’wah itu harus berkesinambungan.
Sedangkan kali-mat berjuang bersama meninggikan agama Alloh subhanahu wa ta’ala untuk menunjukan da’wah bukan un-tuk menciptakan kesolehan pribadi saja tetapi juga terbentuknya masyarakat islami. Untuk mewujudkan masyarakat yang islami tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus bersama-sama (jama’i).
Maka dengan itu pengertian da’wah dapat disimpulkan dengan pengertian-pengertian sebagai berikut:
1. Da’wah adalah suatu aktifitas atau kegia-tan yang bersifat menyeru atau mengajak orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.
2. Da’wah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.
3. Da’wah adalah suatu aktivitas yang pelak-sanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode yang halal.
4. Da’wah adalah kegiatan yang direncana-kan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhoan Alloh subhanahu wa ta’ala.
5. Da’wah adalah usaha peningkatan pema-haman keagamaan yang mengubah pan-dangan hidup, sikap batin dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Da’wah adalah tugas yang mesti diem-ban oleh setiap pribadi dari Umat Islam, dan sama sekali tidak dapat dielakkan. Ini-lah sunnatulloh yang tak dapat dihindar-kan. Tugas kemanusiaan bagi yang masih menyadari eksistensi fitriyah dirinya. Da’wah di jalan Alloh subhanahu wa ta’ala adalah kebutuhan pokok manusia. Tanpa da’wah manusia akan tersesat jalan, jauh dari tujuan yang diinginkan ar-Rahman. Para rosul dan nabi yang Alloh subhanahu wa ta’ala pilih dalam setiap fase adalah dalam rangka menegakkan risalah da’wah. Karenanya, persoalan da’wah bukan persoalan nomor ke sekian, melainkan persoalan pertama dan harus diutamakan di atas segala kepentingan.
Bila kita mengaku mencintai Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam, maka juga harus mengaku bahwa berjuang di jalan da’wah adalah segala-galanya. Karena Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabat-nya tidak saja mengorbankan segala waktu dan hartanya bahkan jiwa raganya untuk da’wah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala.Walaupun rumah dan harta telah mereka bangun sekian lama di kota Makkah, tetapi mempertahankan iman dan menegakkan ajaran Alloh subhanahu wa ta’ala di bumi adalah di atas semua itu. Karenanya mereka tidak pikir-pikir lagi untuk berhijrah dengan meninggalkan segala apa yang mereka miliki.
Mereka benar-benar paham bahwa iman dan da’wah pasti menuntut pengorbanan. Karenanya dalam berbagai pertempuran para sahabat berlomba untuk melibatkan dirinya. Mereka merasa berdosa jika tidak ikut terlibat aktif. Tidak sedikit dari mereka yang telah gugur di medan tempur. Semua ini menggambarkan kesungguhan dan kejujuran mereka dalam menegakkan risalah da’wah yang taruhannya bukan hanya harta benda melainkan juga nyawa.
http://www.hasmi.org/da%E2%80%99wah-adalah-segalanya.html
your comment
Follow this section's article RSS flux
Follow this section's comments RSS flux