• Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ...

    Bangkit dan Mulia Dengan Dakwah

     

    Seruan Dakwa Ilallah

     

    Keruntuhan dan kebangkitan selalu bertukar mengiring zaman. Ketika sebuah kaum runtuh ruhaninya; me-nyembah tuhan-tuhan yang tak patut disembah, khusyuk dalam ritual bisikan syetan, hidup dibawah hukum karangan manusia, ataupun runtuh dunianya; raga terpuruk, tertindas oleh raja durjana…. di sana selalu ada manusia mulia perintis gerakan kebangkitan. Merekalah pahla-wan sejarah. Mereka tampil di pentas dunia mengembalikan laju kehidupan manusia pada rel yang sebenarnya. Merekalah para nabi dan Rosul yang Alloh subhanahu wa ta’ala utus dalam sebuah misi penyela-matan massal lagi total. Hingga ditutupoleh Rosululloh.

    Para nabi dan rosul itu adalah manu-sia paling mulia di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala. Tidak adamanusia yang lebih mulia dari mereka. Kemuliaan nabi dan rosul bukanlah karena fisiknya, harta kekayaan, nasab ataupun lainnya. Sebab, nabi dan Rosul itu manusia biasa, sama dengan umum-nya manusia, agar jalan mereka bisa di-tempuh oleh siapapun yang ada ghirohmenitinya.

    Penyebab mereka mulia di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala  tidak lain karena mereka menyusuri iklim keterpurukan dengan da’wah, menyampaikan risalah yang mereka bawa. Alloh subhanahu wa ta’ala  berfirman:

    “Rosul-rosul mereka berkata kepadamereka, “Sesungguhnya kami tidak lainadalah manusia biasa seperti kalian. Akan tetapi, Alloh subhanahu wa ta’ala telah memberikan karunia-Nyakepada siapa saja yang di-kehendakinya di antara-hamba-hamba-Nya.” (QS. Ibrahim:11).

    Ibn Katsirmemaknai kalimat ter-akhir, “Akan tetapi, Alloh subhanahu wa ta’ala telah memberikankarunia-Nya kepada siapa saja yang dike-hendakinya di antara-hamba-hamba-Nya,” bahwa mereka diberi karunia berupa nubuwwah dan risalah yang mereka emban. (Tafsir Ibn Katsir).

    Ketika titik point utama kemuliaan para nabi dan rosul dicirikan oleh risalahyang diembannya. Lantas, bagaimana kedudukan umat mereka yang mene-ruskan aktivitas mereka yang mulia itu,yakni mengibarkan panji da’wah? Alloh subhanahu wa ta’ala  sendiri yang menegaskan:

    “Siapakah yang lebih baik perkataan-nyadaripada orang yang menyeru ma-nusia menuju Alloh subhanahu wa ta’ala?” (QS. Fushshilat: 33).

    Tidak ada posisi, jabatan, kedudu-kan, martabat yang lebih tinggi mele-bihi da’i. Tidak ada yang lebih mulia, lebih terhormat, lebih luhur dari seorang da’i. Ucapannya adalah sebaik-baik uca-pan. Tutur katanya adalah seelok-elok perkataan. Lakunya selalu menambah bintang di pundaknya. Menyeru kepada jalan Alloh subhanahu wa ta’ala, serius, penuh kesabaran atas segala cobaan demi pahala yang Alloh subhanahu wa ta’ala  janjikan.

    Imam al-Qurtubi menjelaskan, ayatdi atas berlaku umum bagi siapa saja yang menyeru manusia ke jalan Alloh subhanahu wa ta’ala  (Taf-sîr al-Qurthubi).Mereka, menurut Ha-san al-Bashri, adalah kekasih Alloh subhanahu wa ta’ala, waliAlloh subhanahu wa ta’ala, dan pilihan Alloh subhanahu wa ta’ala; mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Alloh subhanahu wa ta’ala karena da’wah yang diserukannya. (Tafsir Ibn Katsir)

    Para pengemban da’wah adalah pewaris sejati para rosul dan para nabi. Merekalah yang mewarisi risalah yang pernah diemban para nabi dan rosul itu.Sebab, para nabi dan para rosul tidak meninggalkan apapun yang diwariskan bagi umat mereka, kecuali risalah yang mereka emban.

    Karena itulah, mengapa Rosululloh bersabda:

    “Sampaikanlah dariku walaupun ha-nya satu ayat.”(HR. at-Tirmidzi).

    Sampaikan apa yang kita bisa.

    Banyak sekali nas-nas motivasai se-kaligus puji dari Alloh subhanahu wa ta’ala dan Rosul-Nya yang ditujukan kepada para pengemban da’wah dan penyampai hidayah. Di antaranya Rosululloh  bersabda:

    “Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendapatkan pahala sebesar yang diperoleh oleh orang-orang yang mengikutinya, tanpa me-ngurangi sedikit pun pahala mereka.” (HR. Muslim).

    “Sesungguhnya Alloh subhanahu wa ta’ala,para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, hinggasemutyang di dalam lubangnya, bahkanikan-ikan, semua bersholawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia.” (HR. Tirmidzi, dengan sanadhasan sahih)

    Semua sahabat nabi sangat mema-hami nilai kemuliaan dalam sabda-sabdanabi ini. Wajar sekali jika mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mengenal lelah dalam menyampaikan risalah dak-wah. Meskipun mereka harus mengor-bankan sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, harta-benda, keluarga, bahkan nyawa. Merekalah orang-orang yang senantiasa menjadikan da’wah sebagai poros hidupnya.

    Rosululloh dan para sahabat adalah orang-orang yang menomor-wahidkan da’wah dibandingkan urusan-urusan di luar da’wah. Mereka bukan-lah orang-orang yang lebih banyak di-sibukkan waktunya untuk mencari dunia, kecuali sekadar memenuhi ke-butuhan dirinya dan keluarganya saja. Mereka juga tidak menghabiskan seba-gian besar waktunya untuk hal-hal yangtidak ada manfaatnya. Mereka bangkit dari keterpurukan sejarah, lalu berdiri gagah mengibarkan panji da’wah. Panji-panji yang sarat nilai kemuliaan. Mereka tancapkan panji-panji itu di puncak ter-tinggi Himalaya. Hingga semua manusiaterpana. Mereka lari kencang, bagai topan, menerjang belantara kejahilan, memulai gerakan kebangkitan, menebar kebaikan di seantero dunia.Jika tidak demikian, mana mungkin mereka ber-hasil menyebarluaskan Islam di seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat?

    Apa yang kita tunggu?…. Kita harusbangkit dari keterpurukan zaman ini dengan mengibarkan panji agung itu, berlomba-lomba meraih sederet kemu-liaan yang menggiurkan. Bersama-sama berjuang menyongsong kebangkitan Islam, yang sudah terlihat semburatnya. Berjuang bersama dalam jamaah da’wah Harokah Sunniyah untuk Masyarakat Islami!

    http://www.hasmi.org/bangkit-dan-mulia-dengan-da%E2%80%99wah.html


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ...

    Kerisauan Bara Penyulut Dakwah

     

    Seruan Dakwa Ilallah

     

    Rosululloh Salallohu‘alaihi wasallam  selalu dilanda risau. Beliau tidak pernah berhenti mengkhawatirkan kita, umatnya. Tiap malam beliau selalu mendo’akan kita hingga bengkak kakinya. Sebelum beliau wafat menjelang sakratul maut yang diingatnya adalah umatnya. Ummati…ummati… Kerisauan beliau terangkum singkat dalam sabdanya:

    “Sesungguhnya perumpamaanku dengan umatku seperti seorang lelaki yangmenyalakan api, lalu datang serangga dan anai-anai mengerumuni api itu. Maka aku berusaha menjauhkan kalian dari api itu, sedangkan kalian senantiasa ingin mendekati api itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

    Semua yang beliau lakukan adalah untuk umatnya. Pikiran, tenaga, harta tercurahtotal tanpa sisa. Beliau tidak rela seorang pun umatnya terjerumus ke neraka. Imam Muslim Rohimahulloh meriwayatkan:

    Abdulloh bin  ‘Amr bin  ‘As Rhadiallohu ‘anhuberkata: “Suatu ketika, Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wasallammembaca firman Alloh mengenai Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

    “Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakanmanusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim (14) : 36)

    Kemudian Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wasallammembaca perkataan Nabi Isa ‘Alaihissalamdalam surah al-Ma’idahayat 118.

    “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. al-Ma’idah (5): 118)

    Setelah itu, Nabi mengangkat kedua tangannya dan berdoa sambil menangis:

    “Ya Alloh! Umatku! Umatku!”

    Semua sahabat juga merasakan risau. Semisal Abu Bakar Rodiallohu‘anhu, semenjak mengikrarkan keislamannya, beliau tidak tinggal diam, akan tetapi bergegas berda’wah menyebarkan Islam. Tidak tanggung-tanggung, lima sahabat hasil rekrutan beliau dijanjikan masuk surga. Mereka adalah : Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf  Rodiallohu’anhum.

    Demikian halnya Umar bin Khottob Rodiallohu’anhu, kekuatan risau pada diri beliau mampu mengambil alih Mesopotamia, sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Utsman bin Affan Rodiallohu ’anhumampu membebaskan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus dan Rodhes.

    Semua sahabat Nabi risau. Ada sekitar 124.000 sahabat Nabi, yang tinggal di Madinah sekitar 10.000 orang, sisanya menyebar di seantero penjuru dunia. Ada yang di Iraq, Romawi dan tempat-tempat lainnya. Bahkan Saad Bin Abi Waqqas Rodiallohu ’anhubahkan dikubur di Cina. Disebabkan perjuangan mereka inilah, hidayah mencapai negeri kita. Kekuatan risau sungguh luar biasa.

    Dari setitik risau di hati menyembul menjadi amal besar di bumi. Abu Bakar Rodiallohu ‘anhurela menyumbangkan seluruh hartanya di jalan da’wah. Mushab bin Umair Rodiallohu ‘anhurela meninggalkan segala gemerlap dunia demi da’wah. Ali bin Abi Thalib Rodiallohu ‘anhumenghabiskan usia sejak muda, dari usia 10 tahun sudah ikut program da’wah, sampai tua di da’wah.

    Kita harus risau sebagaimana risaunya Rosululloh Salallohu ‘alaihi wasallamdan para sahabatnya terhadap umat ini. Saat ini, jumlah umat manusia hampir 6,8 milyar, hanya 1,5 milyar yang muslim. (warnaislam.com)Dari 1,5 milyar tersisa sedikit sekali yang benar menjalankan Islamnya. Lalu berapa banyak orang yang mati setiap hari tanpa mengucapkan Laa Ilaha Illalloh. Setiap hari kurang lebih 200.000 orang mati tanpa mengucapkan Laa Ilaha Illalloh. (Nusantara News) Artinya, setiap hari 200.000 orang akan kekal di neraka. Tertimpa siksaan tiada tara. Di antara siksanya akan dimasukkan rantai besi dari mulutnya tembus hingga duburnya. Terpanggang bara api setiap hari tanpa jeda. Setiap kali kulitnya hancur luluh, digantikan dengan kulit yang lain, demikian seterusnya.

    Siapa yang peduli?

    Dahulu tahun 1980-an jika orang ditanya berapa persen penduduk Indonesia jawabnya 90% penduduk Indonesia adalah orang Islam ( 90% dari 200Jt = 180Jt). Tetapi di tahun 2000, umat Islam tinggal 85 %. Berapa lama lagi, umat Islam di Indonesia di ambang ketiadaan. Jika dalam 20 tahun terjadi penurunan 5% dari 200 juta orang, berarti 10 juta orang murtad dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Artinya satu juta orang tiap 2 tahun keluar dari agama Islam. Ini harus menjadi kerisauan kita. Ini bisa terjadi bila kita kurang sungguh-sungguh dalam kerja da’wah. Hanya dengan da’wah, yang bathil akan hilang dan yang haq akan tegak. Namun hanya dengan da’wah yang dicontohkan oleh Rosululloh Salallohu ‘alaihi wasallamyang sukses menumpas kebathilan.

    Maka, da’wah harus menaungi masyarakat kita, sebagaimana langit menaungi dunia. da’wah harus tegak, sebagaimana tegaknya gunung memaku bumi agar tidak guncang. Da’wah harus tercurah deras, sebagaimana deras hujan menerpa padang gersang, menumbuhkan pepohonan. Da’wah harus bersinar terang, sebagaimana sinar matahari di tengah siang. Tanpa da’wah, umat dunia penuh sengsara.

     

    http://www.hasmi.org/kerisauan-bara-penyulut-da%E2%80%99wah.html

     


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ...

    Kemilau Warisan Mulia

    Seruan Dakwa Ilallah

    Da’wah adalah pekerjaan paling mulia,proyek massal, kerja besar, kunci kebangkitan sejati warisan para nabi. Para nabi dan rosul tidak mewariskan apapun kecuali risalah yang harus dida’wahkan. Sebuah warisan yang harus diemban oleh semua orang. Warisan yang selalu dikukuhkan, benihnya disemai di segala penjuru alam. Warisan yang lebih berharga dari harta. Warisan yang lebih mulia dari intan permata. Warisan yang akan mengantarkan kita pada ketinggian derajat di sisi Allohsubhanahu wa ta’ala. Warisan yang akan menyelamatkan manusia, personal maupun massal. Ya..warisan para nabiyang seharusnya menjadi rebutan dan idam-idaman adalah da’wah kebangkitan.

    Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam bersabda:

    “Sesungguhnya para ulama adalah pewarispara nabi. Sungguh para nabi itu tidak mewa-riskan dinar ataupun dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. at-Tirmidzi, IbnuMajah, Ahmad, ad-Darimi).

    Pengertian ulama dalam hadits di atas ten-tu saja mereka yang mengamalkan dan men-da’wahkan ilmu mereka (al-‘ulama’ al-‘amilun).Mentarbiyyah manusia dengan ilmu. Syaikh Mazin bin AbdulKarim menyebut lima maknakerja da’wah robbaniyyah. Pertama, murobbi hakimin, adalah orang-orang yang mengajarkan ilmu dari perkara kecil hingga permasalahan besar. Kedua, da’iyyah mushlihah, menda’wahi umat dan memperbaikinya urusannya. ‘Amil bi ’ilmihi, mengamalkan ilmunya dan tidak ber-amal kecuali dengan ilmu. Hukamaa’ atqiya,orang bijakyang bertakwa. Faqih biwaqi’ ummatihi,faham dengan realita umat,mengetahui yang halal dan haram, mana perintah dan mana larangan, memahami permasalahan umat, dulu maupun kini. Ibnul Qoyyim rohimahullohmenyatakan, mereka inilah pewaris sejati para nabi.(Ar-Raid Durus fit Tarbiyyah wad Da’wah)

    Para nabi dan pewarisnya menjadi mulia karena da’wah yang ditegakkannya. Sebalik-nya, tidak berda’wah adalah kehinaan dan lubang keterpurukan. Tidak berda’wah adalah bid’ahnya Yahudi dan Nasrani. PadahalNabiMusa ‘alaihissalamhabis usianya dalam da’wah, Nabi Isa‘alaihissalamapalagi. Tidak berda’wah berarti me-warisi sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Kaum yang sesat lagi dimurkai. Kaum yang telahexpired, tidak layak mengurus bumi di-karenakan mereka meninggalkan da’wah yang benar.

    Dulu, mereka adalah kaum terpilih dan termuliakan dengan diutus nabi-nabi yang berda’wah di tengah mereka. Ketika mereka tidak bersedia mengemban warisan para nabi itu, terpuruklah mereka. Kemuliaannya sirna. Datanglah sebuah gerakan kebangkitan dipim-pin Nabi dan Rosul terakhir, Muhammad shalallohu alaihi wa sallam melakukanda’wah. Namun mereka enggan untuk bergabung. Sempurnalah keterpurukan-nya. Hingga Alloh subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya untuk mencela mereka:

    “Mengapa rohbaniyyun dan ahbar merekatidak melarang mereka mengucapkan per-kataan bohong dan memakan yang haram?Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.”(QS. al-Mai'dah (5):63)

    Ibnu Abbas rodhiallohu anhumengatakan, “Tidak ada dalam al-Qur’an suatu ayat pun yang lebih ke-ras celaannya daripada ayat ini.”

    “Rohbaniyyun (yang culas) itu amat buruk kelakuannya, karena mereka telah meninggalkan tugas amar ma’ruf nahimungkar.” (Tafsir Ibnu Katsir)

    Dikarenakan begituterpuruknya mereka,dalam salah satu khutbahnya Ali bin Abi Thalib rodhiallohu anhumewasiatkan agar jangan sampai se-perti mereka.

    “Wahai manusia, sesungguhnya umat-umat sebelum kalian binasa hanyalah karena mereka melakukan kemaksiatan, sementara rahbaniyyun dan ahbar di kalangan mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak mencegah mereka. Ketika mereka larut dalam kemaksiatan, maka mereka mendapatkan hukuman. Oleh karena itu, beramar ma’ruflah dan cegahlah yang mungkar, sebelum adzab turun kepada kalian seperti yang pernah turun pada mereka. Keta-huilah bahwa menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar itu tidak akan me-mutus rizki dan tidak pula mendekatkan ajal.”(Kanzul ‘Ummaal, II/683)

    Seorang yang telah mengetahui suatu ilmupara nabi, wajib hukumnya menda’wahkannya. Maka da’wah adalah kata yang selamanya harus ada dan terpatri dalam diri seorang Muslim yang menghendaki al-manzilah al-‘ulya (kedudukan tinggi) di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala. Adakah jalan yang lebih mulia dan dapat membawa kita menuju puncak kebahagiaan selain jalan da’wah yang telah di-tempuh oleh Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam dan yang Beliau nyatakan menjadi jalan pengikutnya?!

    “Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, akudan orang-orang yang mengikutiku ber-da’wah kepada Alloh dengan hujjah yangnyata…” (QS. Yusuf [12]: 108)

    Beban kehidupan dunia yang kita hadapi,apapun bentuknya, bukan alasan yang mem-buat kita kehilangan kepekaan dan kesigapan memenuhi seruan da’wah. Kebersamaan kita bersama Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam, shiddiqin, syuhada, dan shalihin di surga –insya Alloh– ditentukan oleh sejauh mana kita meneladani mereka dalam kesigapan memenuhi seruan da’wah.

    Begitu juga warisan terbaik untuk gene-rasi yang akan datang adalah warisan da’wah.Keadaan generasi nanti harus lebih baik dari saat ini. Maka warisan yang ditinggalkan untuk mereka haruslah semulia-mulia warisan. Se-hingga mereka mengikuti jejak para pendahu-lunya yang memilikikerja mulia. Janganlahmelakukan kerja-kerja rendahan. Karena itu akan menjadi contoh bagi mereka. Kebaikan akan mewariskan kebaikan dan keburukan akan mewarisksn keburukan pula. Oleh karena itu Alloh subhanahu wa ta’alatelah mengingatkan agar memper-hatikan nasib generasi berikutnya dengan me-wariskan nilai-nilai kebaikan bagi mereka.

    “Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwakepada Alloh dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.(QS. An Nisa’[4]: 9)

    Akankah kita membiarkan diri kita dan generasi sesudah kita larut dalam keterpurukan bagaikan si buta di tengah rimba belantara yang terjerembab dalam lumpur hina? Ataukah bangkit menjadi titik-titik cahaya yang kian membesar menerangi zaman yang kelam? Ke-tika jelas sudah bahwa da’wah adalah kunci ke-muliaandari kebangkitan sejati. Sedang tidak berda’wah adalah kehinaan jurang keterpuru-kan,maka tidak ada pilihan lain kecuali ber-da’wah.

    http://www.hasmi.org/663.html


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

     

    Saat Dakwah Terabaikan

    Seruan Dakwa Ilallah

    Mengerikan. Mungkin, itulah kata yang cocok untuk menggambarkan akibat dakwah ditinggalkan. Tentang hal ini, Al-Qur'an dan as-Sunnah sangat keras dalam memberi peringatan. Nas-nas yang tegas, menyeruak di alam realita yang panas. Mulai dari tertimpa laknat Alloh, terancam azab, tidak dikabulkannya do'a, tersebarnya kerusakan dan kebinasaan secara massal, hingga orang-orang jahat menjadi penguasa, leluasa menzholimi umat.

    “Telah dilaknati orang-orang kafir darikalangan Bani Israel melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.”(QS. Al-Ma’idah: 78-79)

     

    Bani Israel itu dikutuk oleh Alloh, ka-rena tidak melarang tindakan mungkar diantara mereka. Sebagian dikutuk menjadi kera, sebagian lagi menjadi babi, sedang sisanya hidup terlunta-lunta hingga saat ini. Nama Yahudi semacam identik dengan licik, angkuh, pengecut, tak pernah menepati janji hingga semua orang benci. Banyak Ne-gara yang tidak rela negerinya ditinggali orang Yahudi, seperti Spanyol, sampai de-ngan hari ini tidak menerima eksistensi Yahudi.

    Kisah terkutuknya mereka berawal ke-tika mereka melanggar larangan Allohsubhanahu wa ta’ala menangkap ikan di hari sabtu. Sebagian mempermainkan larangan itu dengan me-masang perangkap ikan pada jum’at sore, lalu mengambil hasilnya di hari ahad pagi. Kelompok pertama mengingatkan bahwa itu adalah pelanggaran, kelompok kedua diam. Kelompok pertama yang berdakwah diselamatkan oleh Alloh, sedang orang-orang yang bermaksiat dikutuk menjadi kera. Sedang kelompok yang diam para ulama berbeda pendapat, menurut pendapat yang kuat, mereka diazab dengan azab se-rupa. (Lihat tafsir QS.al-Baqarah: 65-66)

    Kutukan ini tidak hanya khusus bagi Yahudi di masa lampau, tapi bisa menimpa kepada orang-orang yang semisal mereka dimana saja. Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallamsudah memberi tahu kita bahwa hukuman semacam itu bisa saja mengena umat Islam.

    "Beberapa saat sebelum Hari Kiamat tiba, manusia akan diubah menjadi kera dan babi, ditelan bumi dan dihujani batu." (Shahih Ibnu Majah no.3280)

    Kutukan itu bisa sirna jika dakwah di-tegakkan, sebab da’wah adalah obat mu-jarab pencegah laknat dan azab.

    Dari Hudzaifah bin Al-Yamanrodhiallohu ‘anhu, Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Alloh akan mengirimkan untuk kalian hu-kuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.”(HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani)

    “Tidaklah suatu kaum yang di hadapanmereka ada orang yang melakukan kemak-siatan, padahal mereka lebih perkasa dari-nya dan lebih mampu (untuk mengubah-nya), namun mereka tidak mengubahnya, melainkan Alloh menimpakan azab kepada mereka karenanya.” (HR. Ahmad)

    "Perumpamaan orang-orang yang men-cegah berbuat maksiat dan yang melanggar-nya adalah seperti kaum yang menumpangkapal. Sebagian dari mereka berada di ba-gian atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas-nya. Lalu mereka berkata: 'Andai saja kamilubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami'. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semua-nya".(HR. Bukhari)

    Kapal yang sudah bocor lalu tenggelamtelah pernah dialami negeri ini. Hantaman gelombang Tsunami, semburan Lumpur Lapindo, gempa bumi di Sumatera Barat, letusan gunung berapi di Yogyakarta, banjir dimana-mana memusnahkan anak bangsa beserta harta bendanya. Kapal karam, pe-sawat hilang di lautan dan di belantara hu-tan. Semua adalah akibat kemaksiatan yangtidak segera diingatkan, akibat da’wah ter-abaikan.

    "Sesungguhnya Alloh tidak akan meng-azab orang-orang secara keseluruhan akibatperbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemung-karan itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak me-nolaknya. Apabila mereka seperti itu, nis-caya Alloh akan mengazab orang yang me-lakukan kemungkaran tadi dan semua orangsecara menyeluruh." (HR. Imam Ahmad)

    “Hendaklah kalian memerintahkan ke-ma’rufan dan mencegah kemungkaran, kalau tidak, Alloh pasti akan menjadikan orang-orang jahat di antara kalian menguasai kalian”(HR al-Bazzar dan ath-Thabrani).

    Di depan mata, kita sudah bisa menyak-sikan kerusakan besar akibat da’wah di-tinggalkan. Kebodohan tumbuh subur de-ngan dianggapnya kebathilan sebagai kebe-naran. Manusia tenggelam dalam pelang-garan hukum-hukum-Nya, sedangdi waktuyang sama pelanggaran dipahami sebagai sebuah kebanggaan. Tindak kriminal bak wabah, menyebar luas lebar, tinggi dan me-ngakar. Hatihati menjadi keras  lagi bebal tak mempan lagi dinasehati. Kebencian antar sesama terjadi setiap saat hampir me-nyelimuti segala sisi kehidupan. Sangat mengerikan.

    Saat ini, kita semua sedang dalam si-tuasi genting sekali. Masa ini adalah masa darurat da’wah. Terabaikannya da’wah berarti kengerian akan terus saja mengaliri ruas-ruas kehidupan kita bahkan anak ke-turunan kita sepanjang hari. Kita tak bisa untuk tidak peduli.

    Sebab, tidak  peduli terhadap kemung-karan adalah tindak kriminal. Suatu waktu,sekelompok pemabuk dihadapkan pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk men-dapatkan hukuman. Sementara di sana juga ada seorang muslim yang duduk bersama mereka, tetapi dia tidak ikut-ikutan karena sedang berpuasa. Saat itu, polisi diperintah-kan untuk mencambuk semua orang yang ada di sana. Namun, sang polisi bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, si fulan ini tidak ikut minum bersama mereka; dia sedang ber-puasa.” Umar bin Abdul Aziz tegas berkata,“Cambuklah delapan puluh kali deraan, karenaia seperti orang-orang yang mabuk itu!” Me-ngapa demikian? Karena tindakan ini se-suaidengan firman Alloh QS.an-Nisa: 140.

    http://www.hasmi.org/725.html


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    Jadilah Pasukan Dakwah Yang Ikhlas dan Sabar

    Seruan Dakwa Ilallah

     

    Saudaraku kaum muslimin….

    “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr: 1-3)

    Keikhlasan dan kesabaran, dua hal yang mejadi pilar kesuksesan dakwah kemurnian. Kedua pilar ini harus terus ada, seiring  dengan semangat dakwah yang ada. Keikhlasan yang tidak diiringi dengan kesabaran dipastikan akan jatuh kepada keputus asaan yang dapat mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas yang salah dalam meraih cita-citanya. Begitu juga kesabaran dalam berdakwah yang tidak diiringi dengan keikhlasan, akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia belaka. Sebab  Alloh Azza wa Jalla tidak akan menerima amal dakwah yang dihinggapi ketidak ikhlasan. Sebagaimana yang diriwayatkandari Abu Hurairah Radhiallahu `anhu berkata : Saya telah mendengar Rasulullah Shllallahu `alaihi wa Sallam bersabda : Alloh Azza wa Jalla berfirman:

    "Aku adalah sekutu yang maha cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan tidak aku terima amal syiriknya". (HR.Muslim,2985)

    Kesabaran dibutuhkan pada saat mencari ilmu, mangamalkan serta mendakwahkan ilmu tersebut.

    Berapa banyak aktifis dakwah yang tidak sabar dalam menuntut Ilmu, dengan alasan apa yang dipelajarinya masih terlalu dasar atau masih terlalu global dan lain sebagainya. Terlebih lagi jika ilmu tersebut terus diulang-ulang. Ia tergesa-gesa untuk mendapatkan ilmu yang lebih dalam dan rinci serta bukan ilmu pokok yang harus diketahui oleh semua orang. Akibatnya ilmu pokok dasar keislaman tidak dia dapatkan dengan sempurna, ilmu yang lebih rinci pun apalagi.

    Ada satu kaidah yang mengatakan:

    “Barang siapa yang tergesa-gesa untuk memperoleh sesuatu sebelum waktunya, maka dipastikan dia tidak akan mendapatkan sesuatunya.”

    Kita masih ingat kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir yang terukir dalam al-Qur’an yang mulia.

     Alloh Azza wa Jalla  berfirman:. 

    “Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun ….. sampai kepada ayat…..Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya (lihat ayat lengkapnya di QS. Al-Kahfi: 66 – 78)

    Perhatikan! bagaimana akibat yang menimpa Nabi musa, karena tidak sabar dalam menuntut ilmu kepada Nabi Khidir, akhirnya beliau tidak mendapatkan ilmu yang sempurna.

    Dalam beramal pun dibutuhkan kesabaran, karena beramal sholih itu adalah sesuatu yang berat menurut jiwa manusia. Ujian yang berat ketika beramal akan berdatangan silih berganti. Lelah, penuh dengan pengorbanan; baik waktu, tenaga maupun harta dan jiwa sekalipun. Terlebih beramal dengan amalan yang murni di saat sebagian besar merasa asing dengan amalan tersebut. Sehingga amalan yang benar menjadi salah, sebaliknya amalan yang salah menjadi benar di mata mereka. Begitulah hidup di tengah-tengah keterasingan. Benarlah apa yang disabdakan Nabi SAW dalan haditsnya yang mulia:

    “Islam bermula dalam keadaan terasing, dan akan kembali terasing sebagaimana semula. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing”

    Begitu juga dalam dakwah, kesabaran sangat dituntut. Terlebih ketika berdakwah dalam satu amal jama’i yang terorganisir dan terpimpin. Akan banyak ujian yang akan menimpanya.

    Ketika berada dalam jama’ah dakwah, seorang aktifis dituntut untuk siap secara ikhlas dan sabar untuk mentaati pemimpin dalam hal kebaikan. Sabar di saat perintah atau keputusannya tidak selaras dengan pendapatnya. Sabar di saat prilaku sang pemimpin tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Selama pada manhaj yang benar, bersabarlah!. seorang aktifis juga dituntut untuk siap secara ikhlas dan sabar untuk ditugaskan di mana saja dan kapan saja. Jika ditugaskan dibarisan terdepan ia siap!, ditugaskan dibarisan belakang ia pun melaksanakan dengan sukarela. seorang aktifis harus siap secara ikhlas dan sabar naik ke satu posisi atau turun ke satu posisi. Hendaklah hal itu jangan sampai menimbulkan rasa sombong pada dirinya bila ia naik ke posisi yang lebih tinggi, dan menimbulkan rasa sempit dan kebencian di dada bila ia harus turun dari posisinya semula. Dalam dua kondisi ini ia bekerja secara ikhlas karena Allah demi meraih pahala dan ganjaran dari  Alloh Azza wa Jalla .

    Saudaraku kaum muslimin….

    Dalam jama’ah dakwah yang selalu bergerak, perubahan akan selalu ada mengiringi perubahan realita atau kondisi yang ada. Seorang aktifis harus memiliki prasangka yang baik dengan adanya perubahan ini, perubahan ini hanyalah untuk mengarah kepada yang lebih baik. Tapi harus diingat! Yang kami maksud dari perubahan ini adalah perubahan pada sistem kerja atau formasi struktur. Bukan perubahan pada manhaj atau perubahan strategi yang mengakibatkan prinsip-prinsip dalam manhaj terabaikan!.

    Perubahan ini (pada sistem kerja/formasi struktur) tentu akan berdampak pada perubahan yang lainnya. Di mana akan banyak personil yang pindah dalam tugasnya. Di sinilah keikhlasan dan kesabaran dibutuhkan!.

    Ikhlas dan sabar memang sulit untuk diterapkan pada kondisi tersebut, namun hal itu bukan berarti tidak bisa untuk dilakukan. Mungkin kita telah merasa betah dengan tugas yang diberikan sebelumnya dan boleh jadi sudah banyak jasa yang telah diperbuat, namun disinilah ujian keikhlasan dan kesabaran dakwah kita. Apakah dakwah kita untuk  Alloh Azza wa Jalla atau untuk diri kita, (sekalipun membutuhkan proses pentarbiyahan yang panjang untuk mendewasakannya).

    Semoga Allah melimpahkan ridho-Nya kepada Khalid bin Walid ayang telah diturunkan dari kepemimpinannya dalam pasukan perang, padahal beliau adalah seorang panglima yang tiada tanding, lalu dengan penuh keikhlasan dan tanpa keraguan ataupun sakit hati ikut berjuang di bawah pimpinan Abu Ubaidaha.

    Orang-orang yang mukhlis yang mencari keridhoan  Alloh Azza wa Jalla dalam dakwahnya, senantiasa melepaskan diri dari keuntungan dan kepentingan pribadi. Merekalah, merekalah yang layak menjadi pasukan dakwah, pengemban risalah dan pewaris para nabi. Merekalah yang mau menolong dakwah sekalipun mereka tidak berharta, tidak berkedudukan dan tidak terpandang di tengah masyarakat. Merekalah yang disebutkan dalam sebuah hadits yang mulia:

    “Berapa banyak orang kusut yang ditolak di ambang-ambang pintu, namun seandainya dia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah akan memenuhinya. [HR. Muslim]

    “Sesungguhnya Allah menolong umat ini hanya dengan orang-orang yang lemah di antara mereka, yaitu dengan dakwah, sholat dan Ikhlas mereka. [Shohihul Jami’ Ash-shoghir: no. 2388]

     Alloh Azza wa Jalla pernah melarang Rosululloh SAW untuk meninggalkan mereka dan diperintahkan untuk bersabar bersama mereka.

     Alloh Azza wa Jalla berfirman: 

    “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Robbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

    Benar, sesuatu yang seringkali menimpa dakwah Rabbani adalah keberadaan para penyusup yang mempergunakan dakwah itu sebagai jembatan untuk mendapatkan tujuan dan kerakusan mereka, sambil berpura-pura bertakwa, menggunakan kata-kata manis bak madu, semangat yang dibuat-buat dan sentuhan yang memikat, padahal batin mereka rusak, hati mereka penuh hawa nafsu.

    Rosululloh SAW pernah bersabda:

    “Sengsaralah hamba dinar, hamba dirham dan hamba perut. Jika diberi dia ridho, jika tidak diberi dia murka. Sengsara dan hinalah dia. Jika terkena duri tidak mau mencabutnya. Beruntunglah, bagi hamba yang mengambil kendali kudanya di jalan Allah, yang kusut kepalanya dan yang berdebu kedua telapak kakinya. Jika kuda itu berada di posisi penjagaan, dia pun berada di posisi penjagaan. Dan jika kuda berada di barisan belakang, dia pun berada di barisan belakang. Jika meminta izin dia tidak diberi izin dan jika meminta syafaat dia tidak diberi syafaat. [HR. Bukhori]

    Saudaraku kaum muslimin….

    Berdo’alah selalu kepada Alloh Azza wa Jalla agar Dia memberikan kepada kita keikhlasan hati dan kesabaran, sehingga kita mampu melewati ujian-ujin dakwah ini. Dengan begitu kemenangan pun akan semakin dekat.

    Wallahu a’lam.

    (Supendi)

    http://www.hasmi.org/jadilah-pasukan-dakwah-yang-ikhlas-dan-sabar.html


    your comment


    Follow this section's article RSS flux
    Follow this section's comments RSS flux