• - Raja’ (berharap) pada Allah

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu…
    Bismillaahirrahmanirrahim….. ..

    Takut menempati kedudukan yang amat penting dalam Islam, dan jenis ibadah yang sangat agung wajib dimurnikan hanya kepada Allah Ta’alaa saja dan tidak menyandarkan kepada yang lainnya.

    Dalam kitab Al-Qamus, makna al-khasyah berasal dari kata khasyiya, maknanya khafahu, yang berarti takut kepadanya. Dengan demikian khasyah maknanya adalah takut. Ada juga yang memaknai khasyah dengan perasaan takut yang disertai perasaan mengagungkan.

    Firman Allah Ta’alaa : “Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat * melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati Karena takut kepada-Nya.”(Q.S. Al Anbiya’ [21]: 28)

    [*] Syafa’at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa’at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa’at bagi orang-orang kafir.,
    Syafa’at yang baik ialah setiap syafa’at yang ditujukan untuk melindungi hak seorang muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan. syafa’at yang buruk ialah kebalikan syafa’at yang baik.

    “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”
    (Q.S. An Nahl [16]:50)

    ” Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga[*].”(Q.S. An Nahl [55] : 46)

    [*] yang dimaksud dua syurga di sini adalah, yang satu untuk manusia yang satu lagi untuk jin. ada juga ahli tafsir yang berpendapat syurga dunia dan syurga akhirat.

    Allah Ta’alaa berfirman: “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.(Q.S. An Nahl [16] :51)

    ” Sesungguhnya Kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”(Q.S. Al Maidah [5] : 44)

    Menurut Syaikh Abul Qasim Al-Qusyairy takut mempunyai arti yang berhubungan dengan masa yang akan datang. Karena orang akan takut menghalalkan yang makruh dan meninggalkan hal yang sunah. Hal ini tidak begitu penting kecuali membawa dampak positif di masa yang akan datang.

    Jika pada saat sekarang hal itu muncul, maka pengertian takut tidak terkait. Sedangkan pengertian takut kepada Allah Ta’alaa adalah takut kepada siksaanNya baik di dunia maupun di akhirat. Allah Ta’alaa mewajibkan kepada hambaNya agar takut kepadaNya, sebagaimana firmanNya,“dan takutlah kamu semua kepadaKu jika kamu orang-orang yang beriman”.

    Abdul Qasim Al-Hakim berpendapat, khauf mempunyai dua bentuk yaitu rahbah dan khasyah. Yang dimaksud orang yang rahbah adalah orang yang berlindung kepada Allah Ta’alaa. Ada yang berpendapat, kata rahiba dan haraba boleh diungkapkan karena keduanya mempunyai arti satu seperti kata jadzuba dan jaladza.

    Sebagai contoh apabila dia lari , maka dia dapat di tarik dalam pengertian hawa nafsunya. Seperti pendeta yang mengikuti hawa nafsunya. Oleh karena itu apabila mereka ditarik oleh kendali ilmu dan mereka melaksanakan atau menggerakkan kebenaran syari’at, maka pengertian tersebut disebut khasyah.

    Rasa takut kepada selain Allah Ta’alaa dibagi menjadi 3 bagian :

    1. Rasa takut dalam (penyebab syirik) seperti takut kepada sesuatu yang diagungkan, baik itu nabi, wali, jin, kuburan, pohon besar, yang dapat memberikan dampak negatif baik di dunia maupun di akhirat.

    2. Rasa takut yang diharamkan, yaitu takut kepada makhluk untuk melaksanakan perintah yang wajib, atau menjauhi yang diharamkan Allah Ta’alaa.

    Firman Allah Ta’alaa : “(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:

    “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah.

    dan Allah mempunyai karunia yang besar[*]. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

    [*] ayat 172, 173, dan 174, di atas membicarakan tentang peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil) yang terjadi setahun sesudah perang Uhud. sewaktu meninggalkan perang Uhud itu, abu Sufyan pemimpin orang Quraisy menantang nabi dan sahabat-sahabat beliau bahwa dia bersedia bertemu kembali dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar.

    Tetapi karena tahun itu(4 H) musim paceklik dan Abu Sufyan sendiri waktu itu merasa takut, Maka dia beserta tentaranya tidak jadi meneruskan perjalanan ke Badar, lalu dia menyuruh Nu’aim bin Mas’ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang disebut dalam ayat 173.

    namun demikian nabi beserta sahabat-sahabat tetap maju ke Badar. oleh Karena tidak terjadi perang, dan pada waktu itu di Badar kebetulan musim pasar, Maka kaum muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang besar. keuntungan Ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti yang tersebut pada ayat 174.

    3. Rasa takut yang diperbolehkan, yaitu rasa takut yang alami, yang biasa terjadi, seperti takut kepada musuh, binatang buas, api, dan lainnya.

    Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rohimahullahu Ta’alaa berkata, diantara tipu daya musuh Allah Ta’alaa ia menakuti orang-orang mukmin dengan pasukan dan kawan-kawannya, supaya tidak memerangi mereka, tidak amar ma’ruf nahi munkar.

    Orang-orang yahudi dan Nasrani sebagai musuh abadi umat Islam selalu menakut-nakuti dengan kekuatan dan kegagahan persenjataan serta rudal mereka akan tetapi Allah Ta’alaa memberi kabar kepada kaum muslimin bahwa itu hanyalah tipudaya syetan saja maka Allah Ta’alaa melarang untuk takut kepada mereka.

    Imam Qotadah berkata : “Pemurnian takut (kepada Allah Ta’alaa) termasuk syarat kesempurnaan Iman.”Syetan menampakan kawan-kawannya sebagai sesuatu yang kuat di hati kamu. Jika keimanan kuat maka hilanglah rasa takut dari dadanya dan jika iman lemah, maka kuatlah rasa takut kepada syetan.

    Di antara yang bisa melemahkan iman adalah melaksanakan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta’alaa, karena iman itu bisa naik dengan sebab ketaatan dan takut, dan bisa turun karena sebab kemaksiatan, serta mencari keridhoan manusia dengan mengorbankan keridhoan Allah Ta’alaa itu maksiat, dosa dan diharamkan.

    Sebagai wujud manifestasi keimanan yang kholis (murni) maka rasa takut (Khosyah) dalam hal aqidah dan ibadah hanya ditujukan kepada Allah Ta’alaa serta diiringi dengan sifat Raja’ (berharap) bahwasanya hanya Allah penentu serta titik final dari seluruh tujuan hidup manusia di dunia. wallahua’lam

    http://www.ddiijakarta.or.id/index.php/buletin/47-juni/81-taku.html


    Tags Tags: , , , ,
  • Comments

    No comments yet

    Suivre le flux RSS des commentaires


    Add comment

    Name / User name:

    E-mail (optional):

    Website (optional):

    Comment: