• Bismillahir Rahmanir Raheem.., All Praise is due to Alláh.

    “A-úthu billáhi minash shaytánir rajeem. Bismilláhir rahmánir raheem

    Al hamdu lillahi nahmaduhu wanasta’eenahu, wanastagh-firuhu, wanatoobu ilayhi, wana’oothu Billaahi min shuroori an-fusinaa, wamin sayyi aati a’maalinaa. May- Yahdillahu fa huwal muhtad, wa may- yudlill falan tajidaa lahu waliyan murshida. Wa ash-hadu an Laa ilaaha ill-Alláh, wahdahoo laa shareeka lah, wa ash-hadu anna Muhammadan ‘abduhoo warasooluh”

    All Praise is due to Alláh, We praise Him and we seek help from Him. We ask forgiveness from Him. We repent to Him; and we seek refuge in Him from our own evils and our own bad deeds. Anyone who is guided by Alláh, he is indeed guided; and anyone who has been left astray, will find no one to guide him. I bear witness that there is no god but Alláh, the Only One without any partner; and I bear witness that Muhammad, sws, is His servant, and His messenger.

    Bismillahir Rahmanir Raheem! Ya Ay-yuhal-latheena ‘aamanut taqul-laaha, haqqa tuqaatihee wala tamu tun-na, il-la wa antum Muslimoon.”

    O You who believe, – Fear Allah, as He should be feared, and die not except as Muslims.

    Ya Ay-yuhal-latheena ‘aamanut taqul-laaha, wa qooloo qawlan sadeedaa. Yuslih-lakum a’maalakum wa yaghfir lakum thunoobakum, wamay yu-til-laaha warasoolah, faqad faaza fawzan atheemaa.”

    O You who believe, – Be aware of Allah, and speak a straightforward word. He will forgive your sins and repair your deeds. And whoever takes Allah and His Prophet as a guide, has already achieved a mighty victory.

    In the opening verse of Sura An-Nisaa’, Allah says:

    O mankind! Show reverence towards your Guardian-Lord Who created you from a single person, created, of like nature, his mate and from the two of them scattered (like seeds) countless men and women;― Be conscious of Allah, through Whom ye demand your mutual (rights) and (show reverence towards) the wombs (that bore you): for surely, Allah ever watches over you.`

    http://khutbahbank.org.uk/2010/05/safe-landings-inspirational-khutbah/

  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    Amalan-amalan sunah pada bulan Ramadhan:


    Selain puasa yang Allah wajibkan pada bulan Ramadhan ada berbagai amalan yang disunahkan pada bulan ini di antaranya:


    1.    Mengkhatamkan Al-Qur’an
    Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Pada bulan inilah Al-Qur’an pertama kali turun dari lauhul mahfuz ke langit dunia sekaliagus. Allah berfirman:

    Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)(al baqarah: 185)
     
    Ibnu Abbas RA berkata; "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawanannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawanan Nabi melebihi angin yang berhembus."

    Hadist tersebut menganjurkan kepada setiap muslim agar bertadarus al-Quran, dan berkumpul dalam majlis al-Quran dalam bulan Ramadhan. Membaca dan belajar al-Qur'an bisa dilakukan di dihadapan orang yang lebih mengerti atau lebih hafal al-Quran. Dianjurkan pula untuk memperbanyak membaca al-Quran di malam hari.


    Dalam hadist di atas, mudarosah antara Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril terjadi pada malam hari, karena malam tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan keseharian. Di malam hari, hati seseorang juga lebih mudah meresapi dan merenungi amalan dan ibadah yang dilakukannya.


    2.    Shalat tarawih
    ..............


    3.    Memperbanyak doa
    Orang yang berpuasa ketika berbuka adalah salah satu orang yang doanya mustajab. Oleh karenanya perbanyaklah berdoa ketika sedang berpuasa terlebih lagi ketika berbuka. Berdoalah untuk kebaikan diri kita, keluarga, bangsa, dan saudara-saudara kita sesama muslim di belahan dunia.


    4.    Memberi buka puasa (tafthir shaim)
    Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah yang berbunyi:" Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (Bukhari Muslim)


    5.    Bersedekah
    Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmizi). Ibnu Abbas RA berkata; "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawanannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawanan Nabi melebihi angin yang berhembus." Dan pada akhir bulan Ramadhan Allah mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai penyempurna puasa yang dilakukannya.


    6.    I’tikaf
    I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. I’tikaf disunahkan bagi laki-laki dan perempuan; karena Rasulullah Saw. selalu beri’tikaf terutama pada sepuluh malam terakhir dan para istrinya juga ikut I’tikaf bersamanya. Dan hendaknya orang yang melaksanakan I’tikaf memperbanyak zikir, istigfar, membaca Al-Qur’an, berdoa, shalat sunnah dan lain-lain.


    7.    Umroh
    Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melaksanakan umrah, karena umroh pada bulan Ramadhan memiliki pahala seperti pahala haji bahkan pahala haji bersama Rasulullah Saw. Beliau bersabda: “Umroh pada bulan Ramadhan seperti haji bersamaku.”


    8.    Memperbanyak berbuat kebaikan
    Bulan Ramadhan adalah peluang emas bagi setiap muslim untuk menambah ‘rekening’ pahalanya di sisi Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaki dikatakan bahwa amalan sunnah pada bulan Ramadhan bernilai seperti amalan wajib dan amalan wajib senilai 70 amalan wajib di luar Ramadhan. Raihlah setiap peluang untuk berbuat kebaikan sekecil apapun meskipun hanya ‘sekedar’ tersenyum di depan orang lain. Ciptakanlah kreasi dan inovasi dalam berbuat kebaikan agar saldo kebaikan kita terus bertambah.


     “dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”

    Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memanfaatkan momentum Ramadhan untuk merealisasikan ketakwaan diri kita dan bisa meraih predikat “bebas dari neraka.” Amin
    Wakullu Am wa Antum bikhair

    http://www.islamhouse.com/p/53823


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    Bagaimana Menyambut Bulan Suci Ramadhan

    Segala puji bagi  Allah yang menjadikan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan dan melipatgandakan pahala kebaikan di dalamnya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah diturunkan Al-Qur’an kepadanya sebagai petunjuk, rahmat, nasehat, dan penyembuh bagi manusia.


    Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum muslimin. Bulan yang sebelum kedatangannya Rasulullah Saw. berdoa kepada Allah: “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.”

    Bulan dimana orang-orang saleh dan para generasi salaf berdoa kepada Allah agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, Mualla bin al-Fadhl berkata: “Mereka (salaf) selama enam bulan  berdoa kepada Allah supaya disampaikan ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima.” Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan?

    Mari kita dengarkan sabda Rasulullah Saw. ketika beliau memberi kabar para sahabatnya dengan kedatangan bulan Ramadhan: "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi).

    Rasulullah Saw. juga bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaikan).” (HR. Nasa’i dan Baihaki).

    Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengomentari hadits ini dengan perkataannya: “Hadits ini merupakan dasar dan dalil memberi ucapan selamat yang dilakukan kaum muslimin kepada muslimin lainnya dengan kedatangan bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan dibukanya pintu sorga? Bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan ditutupnya pintu neraka?

    Bagaimana orang yang berakal tidak bergembira dengan masa dimana setan-setan dibelenggu?” Hendaklah kita juga mencontoh para salaf dengan senantiasa berdoa kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan yang penuh dengan berbagai macam keberkahan dan keutamaan tersebut.


    Ramadhan adalah tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Jika ada seorang presiden atau petinggi negara akan berkunjung ke rumah kita pasti kita akan direpotkan dengan berbagai persiapan untuk menyambutnya.

    Kita pasti akan menata dan memperindah rumah kita, menyiapkan makanan istimewa dan lain-lain. Ramadhan lebih dari sekedar presiden atau pejabat tinggi lain atau apa pun saja. Ramadhan adalah anugerah Allah yang luar biasa.

    Ramadhan adalah kesempatan untuk menyiapkan masa depan kita di dunia dan akhirat; oleh karenanya kita mesti mempersiapkan kehadirannya dengan persiapan yang paripurna agar kita bisa sukses meraih gelar takwa dan mendapat janji Allah yaitu ampunan dan bebas dari api neraka. Apa saja perkara yang harus dipersiapkan menjelang kedatangan tamu tersebut?


    1)    Niat yang sungguh-sungguh
    Ketika Ramadhan menjelang banyak orang berbondong-bondong pergi ke pasar dan supermarket untuk persiapan berpuasa. Mereka juga mempersiapkan dan merencanakan anggaran pengeluaran anggaran untuk bulan tersebut. Tetapi sedikit dari mereka yang mempersiapkan hati dan niat untuk Ramadhan. Puluhan kali Ramadhan menghampiri seorang muslim tanpa meninggalkan pengaruh positif pada dirinya seakan-akan ibadah Ramadhan hanya sekedar ritual belaka, ssekedar ajang untuk menggugurkan kewajiban tanpa menghayati dan meresapi esensi ibadah tersebut, jika Ramadhan berlalu ia kembali kepada kondisinya semula.


    Tancapkanlah niat untuk menjadikan Ramadhan kali ini dan selanjutnya sebagai musim untuk menghasilkan berbagai macam kebaikan dan memetik pahala sebanyak-banyaknya. Anggaplah Ramadhan kali ini sebagai Ramadhan terakhir yang kita lalui karena kita tidak bisa menjamin kita akan bertemu Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Tanamkan tekad yang disertai dengan keikhlasan untuk konsisten dalam beramal saleh dan beribadah pada bulan Ramadhan ini. Ingat sabda Rasulullah Saw.: “Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan ikhlas maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.”


    2)    Bertaubat dengan sungguh-sunguh.
    “Setiap manusia adalah pendosa dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat” demikian sabda Rasulullah Saw. seperti yang diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah.
    Di antara karunia Allah adalah selalu mengulang-ulang kehadiran momen-momen kebaikan. Ada momen yang diulang setiap pekan, bulan, tahun dan lain-lain.

    Ramadhan adalah salah satu dari momen tersebut yang selalu datang setiap tahun. Ketika seorang hamba tenggelam dalam kelalaian karena harta benda, anak istri, dan perhiasan dunia lain yang membuat dia lupa kepada Rabbnya, terbius dengan godaan setan, dan terjatuh ke dalam berbagai macam bentuk maksiat datang bulan Ramadhan untuk mengingatkannya dari kelalaiannya, mengembalikannya kepada Rabbnya, dan mengajaknya kembali memperbaharui taubatnya.

    Ramadhan adalah bulan yang sangat layak untuk memperbarui taubat; karena di dalamnya dilipatgandakan kebaikan, dihapus dan diampuni dosa, dan diangkat derajat. Jika seorang hamba selalu dituntut untuk bertaubat setiap waktu, maka taubat pada bulan Ramadhan ini lebih dituntut lagi; karena Ramadhan adalah bulan mulia waktu dimana rahmat-rahmat Allah turun ke bumi.

    Mana para pendosa? Mana orang-orang yang melampaui batas? Mana orang-orang yang selalu bermaksiat kepada Allah siang malam? Mana orang-orang yang membalas nikmat Allah dengan maksiat, memerangi Allah di bumi-Nya, dan menentangnya dalam kekuasan-Nya? Segeralah bertaubat! Karena tak satu pun dari kita yang bersih dari dosa dan bebas dari maksiat. Pintu taubat selalu terbuka dan Allah senang dan gembira dengan taubat hambanya.

    Taubat yang sungguh-sungguh atau taubat nasuha adalah dengan meninggalkan maksiat yang dilakukan, menyesali apa yang telah dilakukan, dan berjanji untuk tidak kembali mengulangi maksiat tersebut, dan jika dosa yang dilakukannya berkaitan dengan hak orang lain hendaknya meminta maaf dan kerelaan dari orang tersebut.


    3)    Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan puasa dan ibadah Ramadhan lain.
    “Menuntut ilmu wajib setiap muslim” (HR. Ibnu Majah). Ilmu yang Rasulullah Saw. maksudkan dalam hadits ini adalah ilmu yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah yang Allah wajibkan kepada setiap hamba. Setiap muslim wajib mempelajari ilmu tersebut; karena sah atau tidaknya ibadah yang dilakukannya tergantung dengan pengetahuannya tersebut. Seorang yang ingin melakukan shalat wajib mengetahui syarat-syarat atau rukun-rukun atau hal-hal yang membatalkan shalat dan lain-lainya, agar shalatnya sesuai dengan tuntutan agama.

    Begitu juga bulan Ramadhan di bulan ini Allah mewajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk berpuasa. Maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk membekali dirinya dengan hal-hal yang berkaitan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, hal-hal yang dimakruhkan dan dibolehkan dalam puasa, hal-hal yang membatalkan puasa dan lain-lain supaya puasa yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan syariah dan perbuatannya tidak sia-sia.

    Di samping pengetahuan yang berkenaan dengan puasa, pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan dengan Ramadhan juga perlu seperti anjuran-anjuran, prioritas-prioritas amal yang harus dilakukan dalam Ramadhan, dan lain-lain agar setiap muslim dapat mengoptimalkan bulan ini sebaik mungkin.


    4)    Persiapan fisik dan jasmani.
    Menahan diri untuk tidak makan dan minum seharian penuh selama sebulan tentu memerlukan kekuatan fisik yang tidak sedikit, belum lagi kekuatan yang dibutuhkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya, ditambah kekuatan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an dan beri’tikaf selama sepuluh hari di akhir Ramadhan.

    Kesemua hal ini menuntut kita selalu dalam kondisi prima sehingga dapat memanfaatkan Ramadhan dengan optimal dan maksimal. Melakukan puasa sunnah pada sebelum Ramadhan adalah salah satu cara melatih diri untuk mempersiapkan dan membiasakan diri menghadapi Ramadhan. Oleh karenanya Rasulullah Saw. mencontohkan kepada umatnya bagaimana beliau memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban, sebagaimana yang diwartakan Aisyah: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw. berpuasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa (sunah) lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (Muttafaq Alaih)


    Inilah diantara hal-hal yang mesti dipersiapkan untuk menyambut datangnya bulan kesabaran ini.

    http://www.islamhouse.com/p/53823


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    PASAL PERTAMA
    ADAB PENUNTUT ILMU DALAM DIRINYA SENDIRI

    1. Ilmu adalah ibadah:
    Dasar dari segala dasar dalam 'bekal', bahkan untuk segala perkara yang dicari adalah engkau mengetahui bahwa ilmu adalah ibadah, dan atas dasar itu maka syarat ibadah adalah:

    1) Ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala , berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
    وَمَآ أُمِرُوْ~ا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ
    Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus,. (QS. al-Bayyinah:5)

    Dan dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallama bersabda: 'Sesungguhnya segala amal disertai niat...'
    Maka jika ilmu sudah kehilangan niat yang ikhlas, ia berpindah dari ketaatan yang paling utama kepada kesalahan yang paling rendah dan tidak ada sesuatu yang meruntuhkan ilmu seperti riya, sum'ah dan yang lain nya.

    Atas dasar itulah, maka engkau harus membersihkan niatmu dari segala hal yang mencemari kesungguhan menuntut ilmu, seperti ingin terkenal dan melebihi teman-teman. Maka sesungguhnya hal ini dan semisalnya, apabila mencampuri niat niscaya ia merusaknya dan hilanglah berkah ilmu. Karena inilah engkau harus menjaga niatmu dari pencemaran keinginan selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala , bahkan engkau menjaga daerah terlarang.

    2) Perkara yang menggabungkan kebaikan dunia dan akhirat: yaitu cinta kepada Allah SWT dan rasul-Nya dan merealisasikannya dengan mutaba'ah dan mengikuti jejak langkah beliau.


    2. Jadilah engkau seorang salaf:
    Jadikanlah dirimu seorang salaf yang sungguh-sungguh, jalan salafus shalih dari kalangan sahabat radhiyallahu 'anhum dan generasi selanjutnya yang mengikuti jejak langkah mereka dalam semua bab agama dalam bidang tauhid, ibadah dan lainnya.

    3. Selalu takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
    Berhias diri dengan membangun lahir dan batin dengan sikap takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , menjaga syi'ar-syi'ar islam, menampakkan sunnah dan menyebarkannya dengan mengamalkan dan berdakwah kepadanya.
    Hendaklah engkau selalu takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam kesendirian dan bersama orang banyak.

    Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , dan tidak takut kepada-Nya kecuali orang yang berilmu. Dan jangan hilang dari ingatanmu bahwa seseorang tidak dipandang alim kecuali apabila ia mengamalkan, dan seorang alim tidak mengamalkan ilmunya kecuali apabila ia selalu takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala .

    4. Senantiasa muraqabah:
    Berhias diri dengan senantiasa muraqabah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam kesendirian dan kebersamaan, berjalan kepada Rabb-nya di antara sikap khauf (takut) dan raja` (mengharap), bagi seorang muslim kedua sifat itu bagaimana dua sayap bagi burung.

    5. Merendahkan diri dan membuang sikap sombong dan takabur:
    Hiasilah dirimu dengan adab jiwa, berupa sikap menahan diri dari meminta, santun, sabar, tawadhu terhadap kebenaran, sikap tenang dan rendah diri, memikul kehinaan menuntut ilmu untuk kemuliaan ilmu, berjuang untuk kebenaran. Jauhilah sikap sombong, sesungguhnya ia adalah sikap nifak dan angkuh. Salafus shalih sangat menjauhi sikap tercela tersebut.

    Jauhilah penyakit sombong, maka sesungguhnya sikap sombong, tamak dan dengki adalah dosa pertama yang dilakukan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Sikap congkakmu terhadap gurumu adalah sikap sombong. Sikap engkau meremehkan orang yang memberi faedah kepadamu dari orang yang lebih rendah darimu adalah sikap sombong. Kelalainmu dalam mengamalkan ilmu merupakan tanda kesombongan dan tanda terhalang.

    6. Qana'ah dan zuhud:
    Berbekal diri dengan sikap qana'ah (merasa cukup dengan yang ada) dan zuhud. Hakikat zuhud adalah: Enggan terhadap yang haram, menjauhkan diri dari segala syubhat dan tidak mengharapkan apa yang miliki orang lain. Dan atas dasar itulah, hendaklah ia sederhana dalam kehidupannya dengan sesuatu yang tidak merendahkannya, di mana dia dapat menjaga diri dan orang yang berada dalam tanggungannya, dan tidak mendatangi tempat-tempat kehinaan.

    7. Berhias diri dengan keindahan ilmu:
    Diam yang baik dan petunjuk yang shalih berupa ketenangan, khusyuk, tawadhu', tetap dalam tujuan dengan membangun lahir dan batin dan meninggalkan yang membatalkannya.

    8. Berbekal diri dengan sikap muru`ah:
    Berbekal diri dengan sikap muru`ah dan yang membawa kepadanya berupa akhlak yang mulia, bermuka manis, menyebarkan salam, sabar tergadap manusia, menjaga harga diri tanpa bersikap sombong, berani tanpa sikap fanatisme, bersemangat tinggi bukan atas dasar kebodohan.

    Oleh karena itu, tinggalkanlah sifat yang merusak muru`ah (kesopanan) berupa pekerjaan yang hina atau teman yang rendah seperti sifat ujub, riya, sombong, takabur, merendahkan orang lain dan berada di tempat yang meragukan.

    9. Bersikap jantan termasuk sikap berani.
    Keras dalam kebenaran dan akhlak yang mulia, berkorban di jalan kebaikan sehingga harapan orang menjadi terputus tanpa keberadaanmu.
    Atas dasar itu, hindarilah lawannya berupa jiwa yang lemah, tidak penyabar, akhlak yang lemah, maka ia menghancurkan ilmu dan memutuskan lisan dari ucapan kebenaran.

    10. Meninggalkan kemewahan:
    Jangan terlalu berlebihan dalam kemewahan, maka sesungguhnya 'kesederhanaan termasuk bagian dari iman', ingatlah wasiat Umar bin Khathab RA: 'Jauhilah kenikmatan, pakaian bangsa asing, dan bersikaplah sederhana dan kasar...'

    Atas dasar itulah, maka jauhilah kepalsuan peradaban, sesungguhnya ia melemahkan tabiat dan mengendurkan urat saraf, mengikatmu dengan benang ilusi. Orang-orang yang serius sudah mencapai tujuan mereka sedangkan engkau tetap berada di tempatmu, sibuk memikirkan pakaianmu...

    Hati-hatilah dalam berpakaian karena ia mengungkapkan pribadimu bagi orang lain dalam berafiliasi, pembentukan dan perasaan. Manusia mengelompokkan engkau dari pakaianmu. Bahkan, tata cara berpakain memberikan gambaran bagi yang melihat golongan orang yang berpakaian berupa ketenangan dan berakal, atau keulamaan atau kekanak-kanakan dan suka menampilkan diri.

    Maka pakailah sesuatu yang menghiasimu, bukan merendahkanmu, tidak menjadikan padamu ucapan bagi yang berkata (maksudnya, orang lain tidak memberikan komentar, pent.) dan ejekan bagi yang mengejek.
    Jauhilah pakaian kekanak-kanakan, tidak berarti kamu memakai pakaian yang tidak jelas, akan tetapi sederhana dalam berpakaian dalam gambaran syara', yang diliputi tanda yang shalih dan petunjuk yang baik.

    11. Berpaling dari majelis yang sia-sia:
    Janganlah engkau berkumpul dengan orang-orang yang melakukan kemungkaran di majelis mereka, menyingkap tabir kesopanan. Maka sesungguhnya dosamu terhadap ilmu dan pemiliknya sangat besar.

    12. Berpaling dari kegaduhan
    Memelihara diri dari keributan dan kegaduhan, maka sesungguhnya berada atau suka dalam sebuah kegaduhan atau keributan bertentangan dengan adab menuntut ilmu.

    13. Berhias dengan kelembutan:
    Hendaklah selalu lembut dalam ucapan, menjauhi kata-kata yang kasar, maka sesungguhnya ungkapan yang lembut menjinakkan jiwa yang membangkang.

    14. Berpikir:
    Berhias dengan merenung, maka sesungguhnya orang yang merenung niscaya mendapat, dan dikatakan: renungkanlah niscaya engkau mendapat.

    15. Teguh dan kokoh:
    Berhiaslah dengan sikap teguh dan kokoh, terutama di dalam musibah dan tugas penting. Dan di dalamnya: sabar dan teguh di saat tidak bertemu dalam waktu yang lama dalam menuntut ilmu dengan para guru, maka sesungguhnya orang yang teguh akan tumbuh.

    http://www.islamhouse.com/p/265802
    ========


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    PASAL KEDUA
    TATA CARA MENUNTUT DAN MENGAMBIL ILMU

    16. Tata cara menuntut ilmu dan tingkatannya:

    'Barangsiapa yang tidak mantap dalam ilmu dasar niscaya ia terhalang untuk sampai' dan 'barangsiapa yang mencari ilmu secara menyeluruh niscaya ia akan mendapatkan nya secara menyeluruh', dan atas dasar itulah maka harus memulai dari dasar bagi setiap bidang ilmu yang dituntut, dengan cara mencatat dasar dan kesimpulannya di hadapan syaikh yang baik.
    Firman Allah SWT:

    وَقُرْءَانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً

    Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. al-Isra:106)

    وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً

    Berkatalah orang-orang kafir:"Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. al-Furqan:32)

    Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan di dalam setiap mata pelajaran yang kamu tuntut:

    1. Menghapal mukhtashar (ringkasan).

    2. Mempelajarinya di hadapan guru yang pandai.

    3. Tidak menyibukkan diri dengan kitab besar dan berbagai macam kitab sebelum mempelajari dan mantap dalam ilmu dasarnya.

    4. Jangan berpindah dari satu kitab mukhtashar (ringkas) kepada kitab lain tanpa alasan. Ini termasuk pengganggu.

    5. Mencatat faedah ilmiyah.

    6. Menyatukan jiwa untuk menutut ilmu dan mempelajari nya, dan bersungguh-sungguh untuk mendapat ilmu dan mencapai yang lebih di atas, sehingga ia bisa mempelajari kitab-kitab besar dengan cara yang benar.

    Dan ketahuilah, sesungguhnya menyebutkan kitab-kitab ringkas sampai kitab-kitab besar yang menjadi dasar dalam menuntut ilmu dan mempelajarinya di hadapan syaikh, biasanya berbeda satu daerah/negara dengan negara yang lain, menurut perbedaan mazhab serta berdasarkan pengalaman belajar para ulama di daerah tersebut.

    Para ulama di negara ini (kerajaan Saudi Arabia-KSA) melewati tiga tingkatan dalam belajar di hadapan para guru dalam pengajian di masjid-masjid: mubtadiin (pemula), kemudian mutawassith (pertengahan), kemudian mutamakkin (pemantapan).

    Dalam belajar tauhid: tsalatsatu ushul wa adillatuha (tiga dasar dan dalil-dalilnya), qawa`id arba' (empat kaidah), kemudian kasyfu syubuhat (menyingkap syubhat), kemudian kitab tauhid.

    Dalam belajar tauhid asma dan sifat: aqidah wasithiyah, kemudian al-Hamawiyah dan Tadmuriyah, lalu Thahawiyah bersama syarahnya.

    Dalam mata pelajaran nahwu: al-Jurumiyah, kemudian Mulihatul i`rab karya al-Hariri, kemudian Qathrun nida` karya Ibnu Hisyam dan Alfiyah Ibnu Malik bersama syarahnya karya Ibnu Aqil.

    Dalam bidang hadits: Arba`in an-Nawawiyah, kemudian Umdatul Ahkam karya al-Maqdisi, kemudian Bulughul Maram karya Ibnu Hajar dan al-Muntaqa karya al-Majd Ibnu Taimiyah.

    Dalam bidang Mushthalah: Nukhbatul Fikr karya Ibnu Hajar kemudian Alfiyah al-Iraqi.

    Dalam bidang fiqih misalnya: Adabul masyyi ila shalah, kemudian Zadul Mustaqna` karya al-Hajawi, atau 'Umdatul Fiqh, kemudian al-Muqni` untuk mempelajari khilaf dalam mazhab, dan al-Mughni untuk mempelajari perbedaan yang lebih tinggi.

    Dalam Ushul Fiqh: al-Waraqat karya al-Juwaini, kemudian Raudhatun Nadhir karya Ibnu Quddamah.
    Dalam ilmu faraidh: ar-Rahbiyah, kemudian bersama syarahnya, dan Fawaid Jaliyah.

    Dalam tafsir: tafsir Ibnu Katsir.
    Dalam ushul tafsir: al-Muqaddimah karya Ibnu Taimiyah.
    Dalam sirah: Mukhtashar sirah nabawiyah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan asalnya karya Ibnu Hisyam, dan dalam Zadul Ma'ad karya Ibnul Qayyim.

    Dalam bidang lisanul arab (bahasa arab): banyak mempelajari syair-syairnya seperti Mu`allaqat sab`, membaca qamus al-Muhith karya Fairuzabadi. Rahmatullahi 'alaihim jami`an.

    17. Mengambil ilmu dari para ulama:
    Dasar dalam menuntut ilmu adalah dengan cara talqin dan talaqqi (belajar langsung) dari para ulama, mengambil dari mulut para masyayikh, bukan langsung dari tulisan dan kitab.

    Auza`i berkata: ilmu ini (syari'at) sangat mulia, satu sama lain saling belajar silih berganti, maka tatkala masuk dalam kitab, masuklah di dalamnya yang bukan ahlinya.

    http://www.islamhouse.com/p/265802


    ================


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    PASAL KETIGA
    ADAB PENUNTUT ILMU BERSAMA GURUNYA

    18. Menjaga kehormatan guru:

    Sudah diketahui bahwa ilmu tidak diambil dari kitab secara langsung, tetapi harus lewat guru yang memantapkan kepadanya kunci-kunci menuntut ilmu, agar aman dari kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu engkau harus menjaga kehormatan guru, sungguh hal itu adalah tanda keberhasilan. Hendaklah gurumu menjadi tempat penghormatan dan penghargaan darimu.

    Beradablah saat engkau duduk dan berbicara bersamanya, bertanya dan mendengar dengan baik. Beradab dengan baik saat membolak-balikan kitab di hadapannya, meninggalkan perdebatan di hadapannya. Tidak mendahuluinya saat berbicara, atau berjalan, atau banyak berbicara di sisinya, atau ikut campur dalam pembicaraan dan mengajarnya dengan ucapan darimu. Jangan terlalu banyak bertanya, terutama saat di tengah orang banyak.

    Janganlah engkau memanggil namanya secara langsung atau bersama gelarnya, seperti ucapanmu: wahai syaikh fulan. Tetapi katakanlah: wahai guruku, atau guru kami, maka janganlah engkau menyebut namanya. Sungguh hal itu lebih beradab. Janganlah engkau memanggilnya dengan taa khithab (engkau) atau memanggilnya dari jauh saat tidak terpaksa.

    Hendaklah engkau selalu menghormati majelis dan menampakan kegembiraan belajar dan mengambil faedah dengannya.

    Apabila nampak kesalahan atau waham guru maka janganlah hal itu menjatuhkan dia dari matamu, maka ia bisa menyebabkan engkau terhalang dalam mendapatkan ilmunya. Siapakah yang bisa selamat dari kesalahan?

    Janganlah engkau menggangunya seperti menguji syaikh terhadap kemampuan ilmu dan hapalannya. Apabila engkau ingin berpindah kepada guru yang lain maka meminta ijinlah kepadanya, maka hal itu lebih mendorong untuk menghormatinya dan membuat dia lebih mencintaimu.
    Ketahuilah, sesungguhnya sekadar penghormatanmu kepadanya sekadar itulah keberhasilan dan kesuksesanmu, dan begitu pula sebaliknya.

    19. Modal hartamu dari gurumu:
    Mengikuti akhlaknya yang shalih dan kemuliaan adabnya. Adapun menerima ilmu maka ia adalah keuntungan tambahan. Akan tetapi janganlah rasa cinta kepada gurumu membuatmu gegabah, lalu engkau terjerumus dalam hal yang memalukan dari sisi yang tidak engkau ketahui, dan setiap orang yang melihatmu mengetahui.

    Maka janganlah engkau meniru suara dan iramanya, jangan pula jalan, gerakan dan kelakuannya. Maka sesungguhnya ia menjadi syaikh besar dengan hal itu, maka janganlah engkau terjatuh dengan mengikutinya dalam hal ini.

    20. Ketekunan syaikh dalam mengajarnya
    Ketekunan syaikh dalam mengajarnya adalah menurut kadar kemampuan murid dalam mendengarkan dan konsentrasinya bersama gurunya dalam belajar. Karena itulah, jangan sampai engkau menjadi sarana memutuskan ilmunya dengan sikap malas, lesu, bersandar, dan berpaling hati darinya.

    21. Menulis dari guru saat belajar dan muzakarah:

    Cara penyampaian itu berbeda-beda dari satu guru dengan guru yang lain, maka pahamilah. Dan untuk hal ini ada adab dan syarat. Adapun adab, maka sepantasnya engkau memberi tahu kepada gurumu bahwa engkau akan menulis, atau engkau menulis yang telah engkau dengar saat muzakarah. Adapun syarat, maka engkau mengisyaratkan bahwa engkau menulis dari mendengar pelajarannya.

    22. Menerima ilmu dari ahli bid'ah:
    Hati-hatilah terhadap ahli bid'ah yang tercemar kesesatan aqidah, diliputi oleh awan khurafat, berhukum kepada hawa nafsu dan menamakannya akal, serta berpaling dari nash.

    Apabila engkau mempunyai pilihan lain, maka janganlah engkau mengambil ilmu dari ahli bid'ah: Rafidhi (Syi'ah), atau Khawarij, atau Murji`ah, atau Qadariyah, atau pengagung kubur...

    Para salaf sangat menolak ahli bid'ah dan bid'ahnya, memperingatkan bergaul dengan mereka, berdiskusi bersama mereka, makan bersama mereka, maka janganlah tercampur antara api sunni dengan bid'ah.


    Di antara kaum salaf ada yang tidak mau menshalati jenazah ahli bid'ah, ada yang melarang shalat di belakang mereka, dan para salaf mengusir ahli bid'ah dari majelis mereka. Dan cerita dari kaum salaf sangat banyak tentang sikap mereka terhadap ahli bid'ah, karena khawatir terhadap kejahatan mereka, menghalangi tersebarnya bid'ah mereka, dan untuk mematahkan semangat mereka agar tidak menyebarkan bid'ahnya.

    Jadilah engkau seorang salaf yang sungguh-sungguh dan hindarilah fitnah ahli bid'ah. Adapun jika engkau belajar di sekolah yang engkau tidak bisa memilih, maka berhati-hatilah darinya serta berlindung dari kejahatannya dan selalu waspada dari penyusupannya. Tidak ada kewajiban atasmu selain menjelaskan perkaranya, menjaga diri dari kejahatannya, dan membuka tabirnya.

    Apabila engkau telah mempunyai ilmu yang mantap, maka tekanlah ahli bid'ah dan perbuatan bid'ahnya dengan lisan hujjah dan dalil. Wassalam.

    http://www.islamhouse.com/p/265802

    ===========


    your comment


    Follow this section's article RSS flux
    Follow this section's comments RSS flux