• Muhasabah ( Introspeksi diri ).

    Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim .

                         Muhasabah ( Introspeksi diri )

     

    Nasehah


    Segala puji bagi Allah yang menjanjikan bagi orang yang mengintrospeksi dan mengekang dirinya dengan rasa aman di hari yang dijanjikan. Aku memuji-Nya, (Dia) Yang Maha Suci, Yang memuliakan wali-wali-Nya, dan menganugrahkan tambahan pada mereka di hari (itu). Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, beliau adalah sebaik-baik penyeru ke jalan dan petunjuk yang lurus, Semoga shalawat, keberkahan dan salam tetap terlimpah pada beliau, keluarga serta para shahabat yang mereka adalah suri tauladan bagi manusia dalam muhasabah. Dengan memperingatkan dari hari yang amat hebat kegocangannnya. Begitupula para tabi'in yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari yang tidak mungkin menghindar darinya.

    Wahai hamba-hamba Allah, aku mewasiatkan diriku dan anda untuk bertakwa pada Allah dan introspeksi diri. Karena dengan muhasabah, maka jiwa akan menjadi istiqamah, sempurna dan bahagia. Allah Ta'ala berfirman:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

    "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"

     
    Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya: "Firman Allah وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ , maksudnya introspeksilah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan perhatikan amalan sholeh yang telah kalian persiapkan untuk hari kemudian dan pertanggung jawaban di hadapan Allah.

            
    Allah berfirman:

    وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

    "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya"   (Q.S Asy-Syams 7-10)

     
    Imam Al-Badawy rahimahullah berkata dalam tafsirnya: "Al-Hasan berkata: Maknanya sungguh beruntunglah orang yang mensucikan, memperbaiki dan mengarahkan dirinya untuk taat pada Allah 'Azza Wa Jalla:

    قَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا , maksudnya, membinasakannya, menyesatkannya dan mengarahkannya pada perbuatan maksiat.

    Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah ^ bersabda: "Orang yang pandai adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya selalu tunduk pada nafsunya dan mengharap pada Allah dengan berbagai angan-angan" (H.R Ahmad dan Tirmidzi)


    Imam Ahmad meriwayatkan dalam Kitab Az-Zuhd dari Umar bin Khattab bahwa beliau berkata:  "Perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena itu lebih memudahkan penghisaban bagi kalian kelak, Berhiaslah untuk menghadapi hari perhitungan

    يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنكُمْ خَافِيَةٌ : "Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)"    (Q.S Al-Haaqqah: 18)

    Ibnul Qayyim rahimahullah meriwayatkan dari Al-Hasan bahwa beliau berkata: "Seorang mukmin itu pandai mengendalikan dirinya, selalu menghisab dirinya di hadapan Allah. Penghisaban di Hari Kiamat itu akan menjadi ringan bagi mereka yang selalu memperhitungkan selama di dunia. Sebaliknya, akan terasa berat bagi orang yang tidak pernah memperhitungkan dirinya".

    Berkata Wahab sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah: "Dalam hikmah keluarga  Daud tertulis: "Sudah selayaknya bagi orang yang berakal agar tidak lalai dari empat waktu:

    • - Saat bermunajat  pada Tuhannya
    • - Waktu mengintrospeksi diri
    • - Saat berkumpul bersama saudara (dan teman) yang memberitahukan tentang kekurangan dan keadaan dirinya  - dan waktu refreshing/santai dengan melakukan sesuatu yang halal lagi menyenangkan, karena pada saat tersebut akan mempermudah baginya melakukan waktu-waktu di atas dan sekaligus menjadi penghibur hati.


    Berkata Maimun bin Mahran: "Seorang hamba tidak akan meraih derajat takwa sampai ia menghisab dirinya melebihi seseorang pada patnernya. Karena itu dikatakan: "Jiwa itu ibarat shahabat yang suka berkhianat, jika engkau tidak mengawasinya, maka ia akan membawa lari hartanya".

    Umar bin Khattab y menulis (surat) pada beberapa pejabatnya: "Perhitungkanlah dirimu di waktu senang sebelum datang perhitungan yang berat. Barangsiapa yang menghisab dirinya di waktu senang sebelum perhitungan yang berat, maka ia akan ridha dan mendapat keberuntungan. Sebaliknya, siapa yang kehidupannya melalaikannya dan nafsunya menyibukkannya, maka ia akan menyesal dan mendapat kerugian"   (H.R Baihaqi dalam Al- Wahd dan Ibnu 'Asakir)

    Ibnul Jauzi meriwayatkan dalam (Kitab) Dzammul Hawa dari As-Sulamy berkata: Aku mendengar Abul Husain Al-Farisy berkata: Aku mendengar Abu Muhammad Al-Hariri berkata: "Barangsiapa yang dikuasai oleh jiwanya, maka ia akan berada dalam tawanan syahwat dan terkurung dalam penjara hawa nafsu.

    Allah mengharamkan bagi hatinya untuk mendapat kemanfaatan, sehingga ia tidak dapat merasakan keindahan firman-Nya meski ia banyak membacanya. Berkata Syaikh Abdul Aziz As-Salman rahimahullah dalam kitabnya: Mawarid adz-Dzam-aan : "Jika ia sadar bahwa ia akan di tanya dalam perhitungan nanti tentang perkara sekecil biji sawi, di hari yang kadarnya adalah lima puluh ribu tahun, dimana di saat itu amat dibutuhkan berbagai kebaikan, dan ampunan dosa-dosa, maka nyatalah bahwa tidak akan selamat dari berbagai kesulitan kelak, melainkan dengan bergantung pada Allah, dan pertolongan-Nya untuk introspeksi diri, muraqabah, dan mengawasi jiwa dalam setiap gerak geriknya. Maka barangsiapa yang menghisab dirinya sebelum di hisab, akan menjadi ringan perhitungan dirinya di Hari Kiamat, akan ada jawaban di saat ia mengahadapi pertanyaan, dan akhir kesudahannya adalah kebaikan.

    • Wahai jiwa, bersiaplah dengan perbekalan yang engkau mampu
    • Wahai jiwa, sebelum (datangnya) kematian,  engkau tidak diciptakan dengan  sia-sia
    • Waspadalah dari terjatuh pada kehinaan dan merendah dirilah
    • Pintu Allah, berapa banyak Dia Memberi petunjuk dan memaafkan
    • Takutlah dengan berbagai gejolak kehidupan
    • Sadarlah, jangan menjadi seperti  orang yang terjatuh
    • Dalam jurang kehinaan …

    Berkata Ibnu Qudamah dalam Minhaj Al-Qashidin: "Ketauhilah bahwa musuhmu yang paling berbahaya adalah jiwa yang berada dalam dirimu, ia memiliki nafsu ammarah bissuu', condong pada kejahatan. Engkau diperintahkan untuk meluruskan, membersihkan, dan memutusnya dari berbagai pengaruh negatif serta mengarahkannya dengan rantai kekuatan untuk beribadah pada Tuhannya. Jika engkau menyepelekannya, maka ia akan terlepas tanpa kendali dan engkau tidak mendapat keberuntungan setelah itu. Kalau engkau senantiasa mengingatkannya maka kami mengharapkan jiwa tersebut akan menjadi tenang. Karena itu jangan engkau lalai untuk mengingatkannya".

    Ketauhilah wahai hamba-hamba Allah, bahwa muhasabah itu ada beberapa macam:

    Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah: Muhasabah ada dua macam, sebelum beramal dan sesudahnya.

    * Jenis yang pertama: Sebelum beramal, yaitu dengan berfikir sejenak ketika hendak berbuat sesuatu, dan jangan langsung mengerjakan sampai nyata baginya kemaslahatan untuk melakukan atau tidaknya. Al-Hasan berkata: "Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berdiam sejenak ketika terdetik dalam fikirannya suatu hal, jika itu adalah amalan ketaatan pada Allah, maka ia melakukannya, sebaliknya jika bukan, maka ia tinggalkan".

    * Jenis yang kedua: Introspeksi diri setelah melakukan perbuatan. Ini ada tiga jenis:

    1. Mengintrospeksi ketaatan berkaitan dengan hak Allah yang belum sepenuhnya ia lakukan, lalu ia juga muhasabah, apakah ia sudah melakukan ketaatan pada Allah sebagaimana yang dikehendaki-Nya atau belum ?

    2. Introspeksi diri terhadap setiap perbuatan yang mana meninggalkannya adalah lebih baik dari melakukannya.

    3. Introspeksi diri tentang perkara yang mubah atau sudah menjadi kebiasaan, mengapa mesti ia lakukan? Apakah ia mengharapkan Wajah Allah dan negeri akherat? Sehingga (dengan demikian) ia akan beruntung, atau ia ingin dunia yang fana? Sehingga iapun merugi dan tidak mendapat keberuntungan.

    Muhasabah memiliki dampak positif dan manfaat yang luar biasa, antara lain:

    1.    Mengetahui aib sendiri. Barangsiapa yang tidak memeriksa aib dirinya, maka ia tidak akan mungkin menghilangkannya.

    2.    Dengan bermuhasabah, seseorang akan kritis pada dirinya dalam menunaikan hak Allah. Demikianlah keadaan kaum salaf, mereka mencela diri mereka dalam menunaikan hak Allah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Darda y bahwa beliau berkata: "Seseorang itu tidak dikatakan faqih dengan sebenar-benarnya sampai ia menegur manusia dalam hal hak Allah, lalu ia gigih mengoreksi dirinya.

    Berkata Muhammad bin Wasi' rahimahullah dengan nada merendah diri, padahal beliau adalah seorang ahli ibadah: "Seandainya dosa berbau, tentu tidak ada yang betah duduk bersamaku"

    Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Mencela diri dalam Dzat Allah adalah termasuk sifat shiddiqin (orang-orang yang benar), seorang hamba akan dekat dengan Allah Ta'ala dalam sekejap, berlipat-lipat melebihi dekatnya melalui amalnya".  
     
    Berkata Abu Bakar As-Shiddiq y: "Barangsiapa yang mencela dirinya berkaitan dengan hak Allah (terhadap dirinya), maka Allah akan memberinya keamanan dari murka-Nya"

    3.    Diantara buah dari muhasabah adalah membantu jiwa untuk muraqabah. Kalau ia bersungguh-sungguh melakukannya di masa hidupnya, maka ia akan beristirahat di masa kematiannya. Apabila ia mengekang dirinya dan menghisabnya sekarang, maka ia akan istirahat kelak di saat kedahsyatan hari penghisaban.

    4.    Diantara buahnya adalah akan terbuka bagi seseorang pintu kehinaan dan ketundukan di hadapan Allah.
     
    5. Manfaat paling besar yang akan diperoleh adalah keberuntungan masuk dan menempati Surga Firdaus serta memandang Wajah Rabb Yang Mulia lagi Maha Suci. Sebaliknya jika ia menyia-nyiakannya maka ia akan merugi dan masuk ke neraka, serta terhalang dari (melihat) Allah dan terbakar dalam adzab yang pedih.


    Tidak mengintrospeksi diri dan menyia-nyiakannya akan membawa kerugian yang besar. Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah: "Yang paling berbahaya adalah sikap  tidak mengindahkan, tidak mau muhasabah, dan menggampangkan urusan, karena ini akan menyampaikan pada kebinasaan. Demikianlah keadaan orang-orang yang tertipu, ia menutup matanya dari akibat (perbuatan) dan hanya mengandalkan ampunan, sehingga ia tidak mengintrospeksi dirinya dan memikirkan kesudahannya. Jika ia melakukan hal ini, akan mudah baginya untuk terjerumus dalam dosa dan ia akan senang melakukannya, serta berat untuk meninggalkannya. Seandainya ia berakal, tentulah ia sadar bahwa mencegah itu lebih mudah ketimbang  berhenti dan meninggalkan kebiasaan.

    • Jika engkau selalu menuruti nafsu dalam setiap kelezatan
    • Engkau akan lupa ….
    • Jika engkau senantiasa memenuhi seruan hawa nafsu
    • Ia akan menyeretmu pada perbuatan buruk dan haram


    Maka bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah, introspeksilah dirimu, karena baik dan selamatnya hati adalah dengan muhasabah, sebaliknya rusaknya adalah dengan sebab tidak mengindahkan dan bergelimang dalam kelezatan nafsu serta syahwat serta mengenyampingkan perkara yang bisa menyempurnakannya. Maka berhati-hatilah dari hal itu, niscaya diri kalian akan mulia dan berbahagia di saat berjumpa dengan Tuhan kalian (Allah). Semoga shalawat dan salam tetap tercurah pada nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabatnya.

    islamhouse.com

  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim .

    Keutamaan Shalat Subuh

    Kilauan Mutiara Hikmah Dari Perkataan Salaful Ummah

    Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya. Amma Ba’du:

    Seusungguhnya nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita tidak terhitung dan tidak terhingga. Allah SWT berfirman:

    Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya . (QS. Ibrahim: 34)


    Allah SWT berfirman:Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), (QS. Al-Nahl: 53). Di antara nikamat yang diberikan oleh Allah SWT adalah nikmat tidur yang telah disebut oleh Allah SWT pada hamba - Nya. Allah SWT berfirman:

    Dan karena rahmat -Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia -Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada -Nya. (QS. Al-Qoshos: 73).

    Allah SWT berfirman: “dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (QS. Al-Naba: 9)

    Maka beristirahatnya seorang muslim beberapa jam dari malam setelah bekerja secara kontinyu akan membantu kehidupannya dan akan menstabilkan perkembangan dan kreatifitasnya, agar dia selalu mampu menunaikan segala tugas yang berikan oleh Allah SWT sebagai tujuan penciptaannya.

    Di antara tugas ini adalah menjalankan shalat fajar secara berjama’ah di mesjid, dan dia adalah shalat yang memiliki nilai keutamaan yang tinggi. Aku akan mengetengahkan kehadapanmu beberapa kabar gembira dan keutamaan agung yang diberikan kepada orang yang menunaikan shalat fajar secara berjama’ah:

    Pertama: Dia berada di dalam penjagaan Allah SWT, atau jaminan Allah SWT, pengawasan -Nya dan pemeliharaan Allah SWT di dunia dan akherat.

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jundub bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada di dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menuntut kamu dengan sesuatu yang berada di dalam jaminan -Nya, sebab barangsiapa yang dituntut oleh Allah dengan sesuatu dari apa yang ada pada jaminan -Nya maka dia pasti akan merasakan akibatnya, lalu Allah akan mencampakkan dia di atas wajahanya di dalam neraka Jahannam”. HR. Muslim di dalam kitab shahihnya: 657

    Kedua: Menjalankan shalat fajar akan menyelamatkan seseorang dari api neraka.

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ammarah bin Ruwaibah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan pernah masuk neraka orang yang menjalankan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya, yaitu shalat fajar dan asar”. Shahih Muslim: no: 634

    Ketiga: Menjalankan shalat fajar sebagai sebab masuk surga.

    Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka dia akan masuk surga”. Al-Bukhari: 574 dan Muslim: no: 635

    Keempat: Malaikat menyaksikan shalat ini. Allah SWT berfirman: “…dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS. Al-Isro’: 78)


    Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Saling berdatangan menghampiri kalian malaikat malam dan malaikat siang, lalu mereka berkumpul pada shalat fajar dan asar, kemudian naiklah malaikat yang mendatangi kalian pada waktu malam, lalu Allah SWT bertanya kepada mereka dan Dia Maha Mengetahui tentang keadaan mereka: Bagaimanakah kalian meninggalkan  hamba-hamba -Ku?. Maka mereka berkata: Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mendirikan shalat dan mendatangi mereka dalam keadaan mendirikan shalat”. Al-Bukhari: 555 dan Muslim: no: 632

    Kelima: Orang yang mendirikan shalat fajar akan mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat.

    Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya dari Sahl bin Sa’d Al-Sa’idi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi mereka yang berjalan pada kegelapan menuju mesjid bahwa mereka mendapat cahaya yang sempurna
    pada hari kiamat”. Sunan Ibnu Majah: no: 781

    Keenam: Akan ditulis baginya bangun semalam suntuk.

    Diriwayatkan oleh Muslim dari Utsman bin Affan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat isya’ secara berjama’ah maka sungguh dia seakan-akan bangun setengah malam dan barangsiapa yang shalat subuh secara berjama’ah maka seakan-akan dia shalat semalam suntuk”. HR. Muslim: no: 656

    Ketujuh: Aman dari sifat kemunafikan.

    Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya dan shalat fajar, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya niscaya mereka pasti mendatanginya dengan cara merangkak, sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi  bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”. Al-Bukhari: 657 dan Muslim: no: 651

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Sungguh aku telah melihat dari golongan kami dan tidaklah ada orang yang meninggalkan shalat jama’ah kecuali orang yang munafiq, yang telah diketahui kemunafiqannya. Sungguh seorang lelaki dibawa menuju shalat jama’ah dengan diapit di antara dua lelaki sehingga dia bisa tegak di dalam shaf”. Shahih Muslim: no: 654

    Ibnu Umar berkata: Sungguh apabila kita tidak melihat seseorang menghadiri shalat isya’ dan fajar maka kami berprasangka buruk terhadapnya”. Shahih Ibnu Hibban: 5/455 no: 2099

    Kedelapan: Dua rekaat sebelum fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dua rekaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”. HR. Muslim: no: 725

    Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia dan kelezatannya, lalu bagaimanakah dengan shalat fajar itu sendiri?.

    Kesembilan: Melihat Allah SWT, dan inilah tujuan utama yang dikejar oleh mereka yang berusaha dengan bersungguh-sungguh dan manusia berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

    Diriwayatkan oleh Al- Bukhari dan Muslim dari Jarir Al-Bajali RA berkata: Kami di sisi Nabi Muhammad SAW dan pada suatu malam beliau melihat ke arah bulan purnama lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian mampu melihat bulan purnama ini, kalian tidak akan merasa susah melihatnya, seandainya kalian mampu untuk tidak dikalahkan dalam melaksanakan shalat sebelum terbit dan sebelum tenggelamnya matahari, maka lakukanlah, kemudian beliau membaca sebuah ayat: “…dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya)”. (QS. Qaf: 39) Al-Bukhari: 554 dan Muslim: no: 633

    Kesepuluh: Orang yang selalu menjaga shalat fajar adalah orang yang paling baik dalam kehidupannya, orang yang paling kreatif, dan berhati paling lembut. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setan mengikat tengkuk kepala salah seorang di antara kalian pada saat tidurnya dengan tiga ikatan, dia memukul setiap ikatan dengan mengatakan bagimu malam yang panjang
    maka tidurlah. Lalu apabila dia bangun dan menyebut nama Allah maka terlepaslah satu ikatan, lalu jika dia berwudhu’ maka terlepaslah ikatan ke dua, dan jika dia mendirikan shalat maka terlepaslah ikatan yang ketiga, maka dia akan mengawali pagi dengan jiwa yang kreatif d an berjiwa baik, namun jika tidak maka dia akan menjadi berjiwa buruk dan pemalas”.  Al-Bukhari: 1142 dan Muslim: no: 773

    Terdapat banyak riwayat yang melarang meremehkan shalat fajar.

    Di antara riwayat tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Sungguh aku ingin untuk mendirikan shalat, kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk mengimami shalat, kemudian aku pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat berjama’ah untuk membakar rumah mereka dengan api”. Al-Bukhari: 657 dan Muslim: no: 651

    Sebagian ulama berkata; Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak ingin melakukan hal yang demikian itu kecuali karena orang yang meninggalkan shalat jama’ah ini telah melakukan dosa yang agung dan kesalahan yang besar.

    Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud berkata: Disebutkan di sisi Nabi Muhammad SAW seorang lelaki yang tertidur pada waktu malamnya hingga pagi harinya, maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Itulah lelaki yang dikencingi oleh setan pada kedua telinganya atau beliau bersabda: Pada telinganya”. Al-Bukhari: 1144 dan Muslim: no: 774

    Cukup itu sebagai kerugian dan kekecewaan serta keburukan. Di antara akibat meremehkan shalat subuh secara berjama’ah adalah dihadapkannya seseorang pada ancaman siksa Allah SWT di dalam kuburnya dan di hari kiamat. Allah SWT berfirman:
    Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyianyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59)

    Di dalam shahihul Bukhari di dalam kisah mimpi Nabi Muhammad SAW yang panjang, disebutkan di dalam kisah tersebut bahwa seorang lelaki yang memecah kepalanya dengan sebuah batu, lalu Nabi Muhammad SAW bertanya tentang masalah itu maka dikatakan kepadanya, “Itulah orang yang mengambil Al-Qur’an lalu menolaknya dan tertidur dari melaksanakan shalat yang diwajibkan”.  HR. Al-Bukhari: no: 7047

    Dan majlis fatwa ulama Saudi Arabia ditanyakan (fatwa nomor: 5130) tentang seseorang yang tidak shalat subuh kecuali setelah matahari terbit, bagaimanakah hukum shalatnya?. Apakah hal itu akan memberikan pengaruh pada puasanya?. Maka jawabannya adalah: jika dia meninggalkan shalat subuh bukan karena ketiduran atau lupa namun hanya karena kemalasan sehingga mengerjakannya setelah matahari terbit maka dia telah
    kufur dengan kekufuran yang besar, berdasarkan pendapat yang shahih dari perkataan para ulama. Berdasarkan pendapat ini maka puasanya tidak sah.

    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

    http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Keutamaan_Shalat_Subuh.pdf


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....


    I s t i g h f a r

    Kilauan Mutiara Hikmah Dari Perkataan Salaful Ummah

    Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du:

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Aghrul Mizani RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku (terkadang) merasakan kegalauan di dalam hatiku, dan sungguh aku beristighfar kepada Allah dalam satu hari seratus kali”. Shahih Muslim: no: 2702

    Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Abdullah bin Umar berkata, “Sungguh kita menghitung bahwa Rasulullah SAW seratus kali mengucapkan:. “Ya Allah ampunilah aku, dan berilah taubatmu kepadaku sesungguhnya Engkau Maha Memberi taubat dan Maha Penyayang”. HR. Abu Dawud: no: 1516

    Syikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seorang selalu berada di antara nikmat Allah SWT yang wajib disyukurinya, dan dosa yang menuntut taubat, dalam kedua perkara inilah seorang hamba menjalani hidupnya setiap hari, manusia senantiasa hidup dalam nikmat dan karunia Allah SWT dan manusia senantiasa butuh kepada taubat,  istighfar, oleh karena itulah penghulu anak Adam dan imam orang-orang yang bertaqwa,
    Muhammad SAW selalu beristighfar kepada Allah dalam semua kondisi”. Al-Tuhfatul Iroqiyah: 1/79

    Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba -Nya yang beriman untuk beristighfar dan Allah-pun menjanjikan mereka dengan ampunan. Allah SWT berfirman:“dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Nisa’: 106. Allah SWT) berfirman: Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orangorang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS. Muhammad: 19). Allah SWT berfirman;

    Dan mohonlah ampunan kepada Allah Wsesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . (QS. Al-Muzzammil: 20). Istighfar itu boleh untuk diri sendiri dan orang lain, Allah SWT berfirman:


    (Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
    menyala-nyala,( QS. Gafir: 7)


    Allah SWT berfirman:
    Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami ampunan dan saudarasaudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” (QS. Al-Hasyr; 10)

    Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal maka akan terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak shaleh yang selalu berdo’a untuknya”. Muslim di dalam kitab shahihnya: no: 1631 

    Tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik walaupun
    dia sebagai kekasih atau kerabat. Allah SWT berfirman:

    Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam. (114)Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. Al- Taubah: 13-14).

    Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata, Nabi Muhammad SAW mengunjungi kubur ibunya lalu beliau menangis dan membuat para shahabat yang lainpun menjadi menangis, dan beliau bersabda, “Aku meminta izin kepada Tuhanku agar aku memintakan ampun bagi ibuku namun Dia tidak mengizinkan aku, dan aku meminta izin untuk berziarah ke kuburnya maka Dia mengizinkan aku, berziarahlah ke kubur sebab hal tersebut mengingatkan kalian kepada  akherat”. Shahih Muslim: 2/671 no: 976

    Allah SWT menerangkan bahwa istighfar untuk mereka tidak akan memberikan manfaat apapun dan Allah SWT tidak akan menerimanya dari orang yang melakukannya, Allah SWT berfirman:

    Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Al-Taubah: 80)

    Dan bacaan-bacaan istighfar itu sangat banyak, dan telah disebutkan di dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Nabi Muhammad SAW, di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA, budak Nabi Muhammad SAW bahwa dia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan:

    “Aku meminta ampun kepada -Mu Ya Allah, Yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dialah Yang Maha Hidup dan Yang berdiri sendiri, dan aku bertaubat kepada -Nya”. Maka akan diampuni dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”. HR. Abu Dawud no: 1517.

    Dan ucapan istighfar yang paling afdhol adalah bacaan istighfar yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Syaddad bin Aus berkata, “Penghulu istighfar itu adalah seorang hamba mengucapkan:
    .
    “Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau-lah yang mencip-takan aku. Aku adalah hamba -Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku berlindung kepada -Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat -Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” Barangsiapa yang membacanya pada waktu siang dengan penuh keyakinan lalu dia meninggal pada siang hari itu sebelum memasuki waktu sore maka dia termasuk penghuni surga, dan barangsiapa yang membacanya pada waktu malam dengan penuh keyakinan dan dirinya meninggal sebelum memasuki waktu pagi maka dia termasuk penghuni surga”. Barangsiapa membacanya dengan yakin ketika sore hari, lalu ia meninggal dunia pada
    malam itu, maka ia masuk Surga. Dan demikian juga ketika pagi hari.” HR. Al-Bukhari
    7/150.

    Istighfar disyari’atkan pada setiap waktu, dan wajib bagi orang yang beristighfar untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa saat terjebak ke dalam dosa, dia harus istighfar darinya. Istighfar juga dianjurkan setelah mengerjakan amal shaleh, agar dia dapat menutupi kekurangan yang ada padanya, seperti beristighfar tiga kali setelah selesai menunaikan shalat, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, istighfar pada saat
    menjalankan ibadah haji. Allah SWT berfirman:

    Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 199.)

    Dan waktu istighfar yang paling baik adalah pada waktu akhir malam. Allah SWT  berfirman: “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”. (QS. Al-Dzariyat): 18. Allah SWT berfirman: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui . Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imron: 135-136).


    Al-Fadhl bin Iyadh berkata: “Istighfar yang tidak dibarengi dengan menjauhkan diri dari dosa adalah taubatnya orang yang dusta, sama seperti apa yang dikatakan oleh Rabi’atul Adawiyah: Istighfar kita membutuhkan istighfar yang banyak. Istighfar adalah sebab bagi turunnya hujan, mendatangkan harta dan anak. Allah SWT berfiraman:

    “Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)

    Istighfar adalah sebab bagi tertolaknya bencana. Allah SWT berfirman:

    Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS. Al-Anfal: 33).

    Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Tidaklah suatu bencana diturunkan kecuali karena adanya dosa dan tidak ada yang mengangkatnya kecuali taubat”. Abu Musa berkata, “Kita memiliki dua perkara yang menjamin kemamanan kita, dan telah pergi salah satu dari keduanya, yaitu keberadaan Rasulullah Muhammad SAW di tengah-tengah kita dan tinggallah istighfar masih bersama kita, maka jika dia pergi binasalah kita ini”. Al-Taubatu Ila Allah, Al-Gozali, halaman: 124

    Istighfar adalah sebab turunnya rahmat Allah SWT. Allah SWT berfirman:

    Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Naml: 46)

    Isitgfar adalah penghapus dosa di dalam majlis.

    Diriwaytkan oleh Al- Tirmidzi di dalam sunannya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berada pada sebuah majlis yang terjadi padanya keributan, lalu sebelum dirinya bangkit dari majlis itu hendaklah dia membaca:
    “Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji -Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada -Mu.”HR. Turmudzi: 3433

    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

    http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Istighfar.pdf


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    Hukum-Hukum Perhiasan Wanita

     

     

    Tabarruj is disobedience to Allaah and His Messenger

    Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam atas dia yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, Nabi kita Muhammad, juga keluarga dan para sahabat beliau seluruhnya, amma ba'du:

    Dituntut dari wanita untuk mempraktekkan amalan-amalan fitrah yang khusus dan sesuai untuknya dengan memotong kuku dan menjaganya, karena pemotongan kuku merupakan amalan sunnah sebagaimana kesepakatan para ulama, juga karena ia termasuk dari bagian fitrah yang terdapat dalam Hadits, yang mana dalam pemotongannya terdapat kebersihan dan keindahan, sedangkan dalam pembiarannya untuk tetap panjang terdapat keraguan, penyerupaan dengan binatang buas, menumpuknya kotoran serta menahan sampainya air wudhu kedalamnya. Sebagian wanita Muslimah telah terfitnah dengan memanjangkan kuku dikarenakan oleh peniruannya terhadap wanita kafir dan karena kebodohannya terhadap sunnah.

    Dituntut pula dari wanita Muslimah untuk memanjangkan rambut kepala, dan diharamkan bagi dia untuk memotongnya kecuali dalam keadaan darurat. Berkata Syeikh Muhammad bin Ibrahim Al-Syeikh rahimahullah dalam kitab Majmu Fatawa: [Adapun rambut kepala wanita, maka ia tidak boleh dipotong, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Nasa'i dalam kitab sunannya dengan sanad dari Ali , dan riwayat Al-Bazzar dengan sanadnya dalam Musnadnya dari Utsman , serta riwayat ibnu Jarir dengan sanadnya dari Ikrimah , mereka berkata: (Rasulullah  telah melarang wanita dari memotong rambutnya). Sedangkan larangan apabila datang dari Nabi  maka ia mengandung pengharaman selama tidak terdapat penyelisihnya. Berkata Mulla Ali Qori dalam kitab Al- Mirqot syarh Al-Misykat: perkataan (Wanita dari memotong rambutnya) itu karena ia merupakan pangkal bagi wanita, seperti jenggot pada pria dalam penampilan dan keindahan]

    Sedangkan pencukuran wanita terhadap rambutnya, apabila diperlukan selain dari perhiasan –seperti dia yang tidak dapat merawatnya atau terlalu panjang dan menyulitkan dirinya- maka ia diperbolehkan untuk dicukur sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh istri-istri Nabi  setelah beliau wafat, agar mereka dapat meninggalkan berhias setelah beliau wafat dan merasa tidak memerlukan pemanjangan rambut.

    Adapun jika tujuan seorang wanita dalam mencukur rambutnya adalah untuk mengikuti wanita-wanita kafir dan fasik atau menyerupai laki-laki, maka yang seperti ini tidak diragukan lagi merupakan suatu keharaman, dikarenakan adanya larangan untuk menyerupai orang-orang kafir secara umum dan juga larangan wanita untuk menyerupai laki-laki.

    Adapun jika tujuannya adalah untuk berhias, maka yang saya ketahui bahwa ia tidak diperbolehkan. Berkata Syeikh Muhammad Al-Amin As-Syinqithi rahimahullah dalam kitab Adhwaul Bayan: [Sesungguhnya dari kebiasaan yang telah berjalan pada kebanyakan Negara
    tentang mencukurnya wanita terhadap rambut kepalanya hingga mendekati pangkalnya adalah merupakan kebiasaan wanita barat yang menyelisihi apa yang ada pada wanitawanita Muslimah dan wanita-wanita Arab sebelum datangnya Islam, ia merupakan salah satu dari penyelewengan yang musibahnya mencakup agama, akhlak, ciri khas dan lain sebagainya]
    Kemudian beliau menjawab tentang Hadits: (Bahwa para istri Nabi memotong rambut mereka sampai mendekati batas telinga).

    Bahwa mereka mencukur rambutrambutnya setelah beliau  wafat, karena mereka dahulu berhias pada saat beliau masih hidup, dan hiasan yang paling indah adalah rambut-rambut mereka, adapun setelah beliau wafat maka bagi mereka ada suatu hukum khusus yang tidak disamai oleh siapapun dari seluruh wanita yang ada dimuka bumi ini, yaitu terputusnya keinginan mereka secara keseluruhan dari pernikahan, dan keputus asaan mereka darinya tidak mungkin tercampur oleh perasaan tamak, mereka bagaikan wanita yang sedang beriddah dan terkurung sampai meningal dikarenakan oleh wafatnya Nabi, Allah berfirman:

    "Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteriisterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah" [ QS. Al-Ahzab: 53]

    perasaan tidak membutuhkan lagi terhadap laki-laki secara keseluruhan bisa menjadi penyebab diperbolehkannya berlepas diri dari hiasan yang tidak diperbolehkan pada selainnya. Sebagaimana tidak diperbolehkannya bagi wanita untuk menta'ati suaminya ketika dia memerintahkan dirinya untuk melakukan hal tersebut, karena tidak ada keta'atan terhadap makhluk dalam berbuat maksiat kepada Sang Pencipta).

    Oleh karena itu para wanita berkewajiban untuk memelihara rambut kepalanya, merawat dan mengikatnya, dia tidak diperbolehkan untuk menumpukkannya diatas kepala atau pada bagian depannya. Berkata syeikh Muhammad bin Ibrahim: [Adapun apa yang dikerjakan oleh sebagian wanita Muslimah pada zaman sekarang dari pembagian rambut kesamping dan mengumpulkannya pada bagian depan atau diatas kepala, sebagaimana yang dilakukan oleh wanita Barat – maka hal ini tidak diperbolehkan, karena adanya unsur peniruan terhadap wanita-wanita kafir]

    Dari Abu Hurairah  dalam Hadits yang panjang berkata: bersabda Rasulullah : "Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: suatu kaum yang memiliki pecut seperti ekor sapi dan dipergunakan untuk memukul orang lain, dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, berjalan sambil berlenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula dapat mencium wanginya, padahal wangi surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian" [ HR. Muslim ]

    sebagian dari ulama ada yang menafsirkan sabda beliau: "berjalan sambil berlenggaklenggok"
    bahwa para wanita menyisir miring, lalu diikuti oleh yang lainnya, dan ini adalah bentuk sisiran wanita Barat serta mereka yang menirunya dari para wanita Muslimah. Sebagaimana wanita Muslimah dilarang untuk memotong rambut kepala atau mencukurnya tanpa adanya kebutuhan, maka sesungguhnya iapun dilarang untuk menyambung dan menambahnya dengan rambut lain, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim: [Rasulullah  melaknat al-washilah dan al-mustaushilah], alwashilah: wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain, al-mustaushilah: wanita yang bekerja menyambungkan untuk orang lain, karena padanya terdapat pemalsuan.

    Diantara penyambungan rambut yang diharamkan adalah pemakaian al-barukah (konde rambut) yang telah dikenal pada zaman sekarang ini. Bukhori, Muslim dan lainnya meriwayatkan: bahwa Mu'awiyah berkhutbah pada saat mendatangi Madinah, lalu mengeluarkan segumpalan rambut sambil berkata: kenapa wanita-wanita kalian menggunakan yang seperti ini pada kepalanya?! Saya telah mendengar Rasulullah  bersabda: "Tidak ada seorang wanitapun yang memakai pada kepalanya rambut wanita lain kecuali ia telah melakukan kedustaan". Al-barukah adalah rambut buatan yang menyerupai rambut kepala, dan dalam pemakaiannya terdapat kedustaan.

    Dan diharamkan pula atas wanita Muslimah untuk menghilangkan rambut alisnya atau menghilangkan sebagiannya, dengan cara apapun dari cukur, gunting atau menggunakan bahan perontok untuknya, karena ini adalah nams yang telah dilaknat pelakunya oleh Nabi , beliau telah melaknat an-namishoh wal mutanammishoh. Annamishoh: adalah wanita yang menghilangkan bulu kedua alisnya, atau sebagiannya dengan tujuan berhias –menurut persangkaannya-, dan mutanammishoh: adalah wanita yang mengerjakannya untuk orang lain. Ini termasuk dari perubahan atas ciptaan Allah yang telah diikrarkan oleh setan bahwa dia akan memerintahkan anak cucu Adam untuk melakukannya, sebagaimana yang telah Allah kisahkan dalam firman-Nya: "dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya" [Nisaa: 119]

    Dalam shahih Bukhori, bahwasanya Ibnu Mas'ud berkata: (Allah melaknat wanita yang mentato dan minta ditato, mencabut bulu alis dan minta dicabutkan bulu alisnya, serta wanita yang merenggangkan giginya untuk kecantikan, mereka telah merubah ciptaan Allah), kemudian beliau melanjutkan: (tidakkah aku melaknat dia yang telah dilaknat oleh Rasulullah ? Dimaksud oleh beliau adalah firman Allah Ta'ala: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah" [ QS. Al-Hasyr: 7], permasalahan ini disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitabtafsirnya.

    Telah terfitnah oleh permasalahan berbahaya ini, yang mana ia termasuk dari dosadosa besar, wanita-wanita yang ada pada hari ini, bahkan pencabutan bulu alis seolaholah telah menjadi kebutuhan sehari-hari, seorang wanita tidak boleh menuruti suaminya jika dia memerintahkan untuk melakukan hal tersebut, karena termasuk dari maksiat. Diharamkan pula bagi wanita Muslimah untuk merenggangkan giginya demi untuk kecantikan, yaitu dengan cara mendinginkannya dengan sebuah alat hingga menjadikannya sedikit merenggang dengan harapan agar terlihat lebih indah. Adapun jika terdapat gangguan pada giginya dan membutuhkan sedikit perataan untuk menghilangkan gangguan tersebut, atau padanya terdapat karang gigi yang membutuhkan perbaikan demi untuk menghilangkannya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena ini termasuk dari pengobatan, dan dilakukan oleh seorang Dokter spesialis.

    Diharamkan pula bagi seorang wanita untuk mentato tubuhnya, karena Nabi telah melaknat al-wasyimah dan al-mustausyimah, al-wasyimah adalah: wanita yang melobangi tangan atau wajahnya dengan jarum, kemudian mengisinya dengan alkohol atau tinta, al-mustausyimah adalah: wanita yang bekerja untuk itu. Ini adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk dari dosa-dosa besar, karena Nabi telah melaknat dia yang melakukan dan yang dilakukan atasnya, sedangkan pelaknatan tidak terjadi kecuali pada salah satu dari dosa-dosa besar.

    Adapun pemakaian pacar bagi wanita dan pewarnaan rambutnya, telah berkata imam Nawawi dalam kitab al-majmu': [adapun pewarnaan kedua tangan dan kaki dengan pacar, maka ia dianjurkan bagi wanita yang telah menikah, karena adanya beberapa Hadits yang terkenal]

    Beliau mengisyaratkan kepada apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: bahwa seorang wanita bertanya kepada A'isyah ra tentang penggunaan pacar, maka beliau menjawab: [hal tersebut diperbolehkan, akan tetapi aku membencinya karena kekasihku Rasulullah tidak menyukai baunya] ( HR. Nasa'i). berkata pula A'isyah ra: seorang wanita mengulurkan tangannya yang memegang buku dari balik kain penghalang kepada Rasulullah , kemudian Nabi  menahan tangannya sambil berkata: "Aku tidak tahu apakah ini tangan laki-laki ataukah perempuan?" wanita tersebut menjawab: bahkan ini adalah tangan perempuan, berkatalah beliau: "jika seorang perempuan niscaya anda akan merubah kuku tangan" maksudnya adalah dengan pacar [ HR. Abu Dawud dan Nasa'i ]. akan tetapi hendaklah seorang wanita tidak mewarnai kukunya dengan sesuatu yang membeku dan menghalangi ketika bersuci, serti pewarnaan dengan manicure. Adapun pewarnaan wanita terhadap rambut kepalanya, apabila ia telah beruban maka hendaklah dia mewarnainya dengan selain warna hitam, dikarenakan keumuman larangan Nabi  dari pewarnaan dengan hitam.

    Berkata Imam Nawawi dalam kitab Riyadhus sholihin: bab larangan bagi laki-laki dan wanita untuk mewarnai rambutnya dengan warna hitam, beliaupun berkata dalam kitab al-majmu': (tidak ada perbedaan dalam larangan dari pewarnaan dengan hitam antara laki-laki dan perempuan, inilah madzhab kami). Adapun pewarnaan wanita terhadap rambutnya yang berwarna hitam agar berubah kepada warna lain, yang saya ketahui bahwa perbuatan ini tidak diperbolehkan, karena dia tidak memiliki kebutuhan akannya, sebab warna hitam bagi  rambut adalah keindahan, bukan kerancuan yang membutuhkan perubahan, juga karena hal tersebut merupakan peniruan terhadap wanita-wanita kafir.

    Diperbolehkan bagi wanita untuk menggunakan perhiasan yang terbuat dari emas dan perak, sebagaimana yang telah berjalan, dan ini merupakan ijma' para ulama, akan tetapi dia tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya, bahkan dia berkewajiban untuk menutupinya, pada khususnya ketika keluar dari rumah dan memungkinkan laki-laki untuk melihatnya, karena yang demikian itu merupakan fitnah. Telah dilarang untuk terdengar oleh laki-laki suara perhiasan kaki yang berada dibalik pakaiannya, maka bagaimana dengan perhiasan yang tampak? Allah berfirman: "Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan" [QS. An-Nuur: 31],

    Wallahu a'lam.

    http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Hukum_Perhiasan_Wanita.pdf


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    Celaan Terhadap Sikap Bermewah-Mewahan

     
    Celaan Terhadap Sikap Kemewahan Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.. Amma Ba’du:
    Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. QS. Al-Isro’; 16.

    Kata Al-Mutrif: bermakna orang yang menikmati secara mewah dan berlebihan dalam kelezatan dan dunia dan syahwatnya. Maksudnya adalah Allah memerintahkan kepada orang-orang hidup ewah ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah namun mereka enggan melaksanakan perintah tersebut bahkan mereka berbuat kefasikan dan kerusakan maka mereka berhak mendapat siksa dan kehancuran. Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan tentang kehidupan orang-orang yang mewah ini bahwa datang kepada mereka ayat-ayat Allah dan mereka diperingatkan dengannya namun mereka sombong dan berpaling darinya maka Allah-pun mengazab mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling
    ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. QS. Al-Mu’minun: 64-67.

    Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan bahwa hidup mewah adalah sifat orang-orang kafir. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. QS. Al-Waqi’ah: 41-45.

    Maksudnya mereka hidup mewah dan terjerumus pada syahwat dan kelezatan duniawi. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa kehidupan yang mewah akan berdampak buruk bagi kehidupan duniawi dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Nabi Shaleh pada saat dia memberikan peringatan kepada kaum Tsamud dan mereka adalah bangsa arab yang menempati kota batu yang terletak antara lembah Al-Qura dan negeri Syam, tempat tinggal mereka cukup terkenal dan sekarang disebut dengan mada’in Shaleh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman; Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohonpohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; QS. Al-Syu’ara’: 146-149.

    Sehingga firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan: maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. QS. Al-Syu’ara’: 158-159.

    Ibnu Katsir rahimhullah berkata: Allah subhanahu wa ta’ala berkata guna memberitahukan dan memperingatkan mereka bahwa siksa Allah turun kepada mereka, serta mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka berupa rizki-rizki yang melimpah ruah, menjadikan mereka dalam aman dari segala bahaya, mencurahkan bagi mereka kebun-kebun yang penuh dengan tanaman, dan mengalirkan bagi mereka mata air yang mengalir deras serta memberikan mereka tanaman dan buah-buahan, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    ((dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut)) Ibnu Katsir berkata yaitu pada saat dia basah dan menjulur dan selain itu kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. Ibnu Abbas dan ulama yang lainnya berkata memahatnya dengan baik, di dalam riwayat yang lain disebutkan memahatnya dengan rakus dan melwati batas. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Mujahid dan jama’ah ahli tafsir dan tidak ada kontradiksi antara kedua pendapat tersebut. Sebab sesungguhnya mereka menjadikan rumah-rumah yang terukir di atas gunung-gunung tersebut secara liar melampui batas, demi kesombongan dan berlaku sia-sia bukan untuk tempat tinggal dan mereka sangat profesional dalam memahat dan mengukir batu-batuan tersebut, seperti itulah yang disimpulakn tentang keadaan mereka bagi orang yang pernah melihat tempat tinggal mereka”. Tafsir Katsir: 3/343

    Yang menjadi penekanan kita adalah bahwa mereka terjebak dalam pola hidup yang mewah sehingga memabawa mereka mendustakan para rasul lalu akibat mereka adalah kebinasaan di dunia dan akherat. Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam telah memberitahukan bahwa di hari kiamat kelak orang-orang yang hidup mewah akan melupakan semua kenikmatan yang pernah mereka nikmati selamat hidup di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Akan ditangkan pada hari kiamat kelak seorang penghuni neraka yang keadaannya paling mewah selama hidup di dunia, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam api neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam apakah engkau pernah merasakan sedikit kenikmatan saat hidupmu?. Apakah suatu kenikmatan telah menghampirimu saat hidup di dunia?. Lalu dia berkata: Tidak wahai Tuhanku. Lalu didatangkanlah orang yang paling sengasara hidupnya di dunia namun dia termasuk penduduk surga, lalu orang tersebut dicelupkan satu kali celupan di dalam surga dan dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan satu kesengsaraan di dalam kehidupanmu? Apakah engkau telah mengalami hidup sengsara?. Maka dia berkata: Demi Allah tidak pernah wahai Tuhanku aku tidak pernah merasakan kesengsaraan sedikitpun dan aku tidak pernah hidup sengsara sedikitpun”. Shahih Muslim: no: 2807

    Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang paling jauh dari pola hidup mewah, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Umar ra bahwa dia mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan melihat beliau tertidur bertikar pasir dan membekas pada pinggang beliau, maka kedua matanya menangis dan berkata: Wahai Rasulullah para raja dan
    kaesar hidup dalam kemewahan mereka dan engkau adalah makhluk  pilihan Allah. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berbaring lalu baliu duduk dan bersabda: Apakah engkau meragukan ajaran yang aku bawa wahai Ibnul Katab?. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Mereka adalah kaum yang kebaikannya disegerakan pada kehidupan duniawi, di dalam sebuah riwayat disebutkan: Apakah engkau tidak rela jika mereka mendapat dunia dan kita mendapatkan akherat”. Al-Bukhari: 3/313 no: 4913 dan Muslim: 2/1105 no: 1479

    Di antara cermin kehidupan mewah pada zaman kita sekarang ini adalah tenggelam dalam memenuhi kebutuhan sekunder secara berlebihan, contohnya sebagian keluarga merubah perabot rumah tangga pada setiap tahunnya sekalipun perabot yang lama masih layak padahal mereka mempersiapkan biaya yang sangat besar untuk urusan tersebut. Di antara bentuk kemewahan itu adalah sebagian keluarga berupaya membeli makanan dan minuman setiap harinya dari rumah makan-rumah makan yang mahal padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut. Di antara bentuk kemewahan itu adalah adanya kaum wanita yang selalu mengganti pakian secara terus menerus dalam setiap pesta dan resepsi pernikahan, walaupun pakaian tersebut tidak dimanfaatkan kecuali satu kali saja, walau mereka harus membayar mahal dengan pola hidup seperti itu.

    Di antara bentuk kemewhan itu adalah adanya sebagian masyarakat yang berwisata pada setiap tahunnya, dan mereka membayar biaya yang malah untuk keperluan tersebut walaupun harus berhutang. Banyak lagi bentuk-bentuk kemewahan lainnya. Di antara dampak negatif dari pola hidup mewah adalah:

    Pertama; Munculanya berbagai macam penyakit seperti penyakit kegemukan, penykait liver dan stroke dan lain-lain.

    Keuda: Pola hidup seperti ini akan menjerumuskan kepada kemalasan, hidup santai dan bergantung kepada dunia sehingga akan mempermudah bagi musuh untuk menguasai umat ini, merusak aqidah mereka, mengeksploitasi kekayaan alam yang tersimpan di dalam negara mereka.

    Dan umat Islam harus memperoyeksikan diri mereka sebagai umat yang pejuang, kuat dan mempersiapak diri mereka untuk berdakwah kepada  Allah dan menyebarkan agama ini di bumi belahan barat dan timur dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kesyirikan menuju cahaya tauhid dan hal ini tidak akan pernah terwujud kecuali dengan kerja keras bukan dengan hidup mewah dan santai. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, QS. Al-Taubah: 105.

    Ketiga: Hidup mewah akan mengakibatkan tersalurnya smber daya dan potensi umat ini pada perkara yang tidak mendatangkan manfaat, dan umat ini sangat membutuhkan pemanfaatan kekayaan ini guna membangun kekuatan ekonomi dan militer sehingga menjadi umat yang memiliki harga diri di hadapan negara-negara lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu”. QS. Al-Anfal:60.

    Keempat: Hidup mewah akan membuat umat ini menjadi lemah dan menggantungkan diri pada uluran tangan orang lain, tidak berdiri pada pada sumber daya pemuda dan potensi mereka. Keadaan ini akan memaksa mereka untuk tunduk pada kekuatan musuh mereka, kekayaan mereka akan terperas, agama mereka akan rusak dan banyak kerusakan lainnya.

    Hal ini terjadi jika pola hidup mewah tersebut hanya terbatas pada perkara-perkara yang mubah namun jika sudah mengarah pada perkara yang diharamkan maka perkaranya menjadi lebih bahaya lagi, itulah lonceng kehancuran dan kebinasaan sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat sebelumnya.

    Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

    http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Celaan_Terhadap_Sikap_Bermewah_Mewahan.pdf


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    Menjauhi Fitnah


    Yang kami maksudkan dengan fitnah yaitu sesuatu yang menimpa individu atau golongan, berupa kebinasaan atau kemunduran tingkatan iman, atau kekacauan di dalam barisan Islam.
    Di antara penyebab pertama terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah, yaitu siapnya hati menerima fitnah tersebut, seperti yang disebutkan dalam hadits:

    “Fitnah-fitnah didatangkan kepada semua hati...Hati manapun yang mengecapnya, tertorehlah padanya satu noda hitam.” Shahih Muslim, kitab Iman, bab ke65, hadits no. 231, dan lafazhnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad 5/386.

    Demikian pula menerimanya yang berlari padanya. Dalam hadits shahih:

    “Orang yang berjalan padanya (fitnah) lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mengintainya, niscaya ia menguasainya.”Shahih al-Bukhari, kitab fitnah-fitnah, bab ke-9, hadits no.7081.

    Maksudnya mencari-carinya (fitnah), niscaya ia menguasainya. Dan sesuatu yang paling menggerakkan fitnah adalah banyak berbicara.  Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya fitnah yang sangat banyak, sesungguhnya ia bermula: 'dengan berkata bohong di hadapan para pemimpin, memberikan informasi kepada mereka. Maka seringkali hal itu memunculkan kemarahan dan pembunuhan, lebih banyak dari pada terjadinya fitnah itu sendiri. ‘Aunul Ma’bud, 11/347.

    Dan sering sekali fitnah menjadi besar saat seseorang mengambil sikap atas dasar kesalahpahaman. Dan yang lebih berbahaya lagi dalam menyulut api fitnah adalah mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara’.

    Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, bahwasanya Sahl bin Hanif  berkata saat terjadinya fitnah di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhum: ‘Wahai sekalian manusia, curigalah terhadap pendapat pribadimu di atas agamamu...” Shahih al-Bukhari, kitab al-I’tisham, bab ke-7, hadits no.7308, mauquf kepada Sahl bin Hanif rad.

    Dan terkadang engkau berlari dari fitnah, maka para pelakunya menyusul engkau, sedangkan engkau tidak ingin terlibat di dalamnya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu ad-Darda` , ia berkata, ‘Jika engkau mengkritik mereka, mereka mengkritik engkau. Jika engkau meninggalkan mereka, mereka tidak meninggalkan engkau. Dan jika engkau berlari dari mereka, mereka pun menyusul engkau...’ Kanzul Ummal, hadits no. 30989, dan ia berkata, ‘Diriwayatkan oleh al-Khathib dan Ibnu ‘Asakir, al-Khathibmenshahihkan mauqufnya.

    Dan terkadang penerimaan terhadap jabatan yang engkau tidak mampu melaksanakannya menjadi sebab terjadinya fitnah terhadap dirimu dan siapapun yang bersamamu. Karena alasan itulah, ‘Amr bin al-‘Ash merasa sangat gelisah saat menjelang kematiannya, dan ia teringat kehidupannya bersama Rasulullah , hingga ia berkata, ‘Jika aku meninggal dunia pada saat itu, orangorang berkata, ‘Selamat untuk ‘Amr, ia masuk Islam, lalu ia meninggal maka diharapkan surga untuknya.’ Kemudian setelah itu, aku berkecimpung dengan kekuasaan dan berbagai banyak urusan, maka aku tidak tahu, apakah memudharatkan aku atau berguna untukku. Musnad Ahmad 4/199

    Jika engkau menjadi panutan atau memegang jabatan, maka janganlah engkau memberikan tugas kepada manusia yang mereka tidak mampu, maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Maka sesungguhnya Rasulullah, tatkala beliau mengetahui bahwa Mu’adz bin Jabal  memanjangkan shalatnya saat menjadi imam, beliau bersabda kepadanya sebanyak tiga kali:

    "Wahai Mu’adz, apakah engkau ingin membuat fitnah? Shahih al-Bukhari, kitab al-Adab, bab ke-74, hadits no. 6106
    Dan dalam pidato Umar : ‘Perhatikanlah, janganlah kamu memukul kaum muslimin, maka kamu menghinakan mereka. Janganlah kamu memperpanjang (menugaskan mereka terlalu lama, hingga tidak berkumpul dengan keluarga mereka), maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Dan janganlah kamu menghalangi hak mereka, maka kamu membuat kufur kepada mereka. Musnad Ahmad 1/41, Syaikh Ahmad Syakir berkata: Isnadnya hasan (286).

    Sesungguhnya banyak disibukkan dengan ucapan tanpa bekerja, akan membawa kepada fitnah dan kekacauan. Syaikhul Islam berkata, ‘Apabila manusia meninggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah akan mencoba mereka dengan mencampakkan permusuhan di antara mereka, hingga terjadi fitnah di antara mereka, sebagaimana yang telah terjadi.’Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, 15/44.

    Di antara pengaruh fitnah, sesungguhnya fitnah itu melupakan orangorang yang terjerumus di dalamnya tentang kebenaran yang mereka ketahui dan batasan-batasan yang mereka tekuni. Dan sesungguhnya orang yang terjatuh dalam fitnah menjadi ringan ketakwaannya dan tipis agamanya. Karena itulah saat orang-orang dijauhkan dari telaga, Rasulullah  mengira mereka termasuk umatnya, dijawablah: 'Engkau tidak tahu, mereka telah berjalan mundur.' Yang meriwayatkan hadits berkata (yaitu Ibnu Abi Mulaikah): 'Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu bahwa kami kembali atas tumit kami (murtad) atau kami mendapat fitnah."Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-1, hadits no. 7048.

    Dan dalam hadits yang Hudzaifah  bertanya tentang keburukan: Wahai Rasulullah, ketenangan di atas asap, apakah maksudnya? Beliau menjawab: َه

    Hati para kaum tersebut tidak kembali seperti semula.' Shahih Sunan Abu Daud, Syaikh al-Albani, no. 3571.

    Yang mensyarahkan hadits tersebut berkata, 'Maksudnya, hati mereka tidak bersih dari sifat dendam dan benci, sebagaimana bersih sebelum hal itu.''Aunul Ma'bud 11/317, saat mensyarahkan hadits no.4227.

    Ketika engkau melihat seorang laki-laki yang berakal, tetapi akhirnya engkau tidak tahu, kemana perginya akal sehatnya di saat terjadinya fitnah (kekacauan). Ibnu Hajar rahimahullah mengutip hadits dari Ibnu Abi Syaibah rahimahullah tentang fitnah: "Kemudian fitnah datang bergelombang seperti gelombang laut, dan ia yang menjadikan manusia padanya seperti binatang.' Maksudnya, tidak ada akal bagi mereka. Dan diperkuat hadits Abu Musa : 'Akal kebanyakan orang di masa itu telah hilang. Fath al-Bari 13/49, kitab al-Fitan, bab ke-17.

    Dan ketika Ibnu Hajar rahimahullah menjelas disunnahkan berlindung dari segala fitnah, hingga kepada orang yang mengetahui bahwa ia berada di atas kebenaran. Ia memberikan alasan atas hal itu dengan penjelasannya: 'Karena sesungguhnya ia bisa membawa kepada terjatuhnya sesuatu yang ia tidak menganggap terjatuhnya.'Fath al-Bari, 13/52, saat mensyarahkan hadits no. 7098.

    Di antara pengaruh terjerumus dalam fitnah yang paling berbahaya adalah tidak memperhatikan nasehat, bahkan sebagian manusia menganggap enteng perbuatan maksiat. Abdullah bin Umar  berkata: 'Di masa fitnah, kamu tidak menganggap pembunuhan sebagai perbuatan dosa.'Musnad Ahmad 2/3, mauquf kepada Abdullah bin Umar .

    Maka, apakah jalan keselamatan dari segala fitnah? Di antara hal yang dapat menyelamatkan dari fitnah adalah bahwa engkau tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia, sekalipun sabar dalam hal itu terasa berat sekali. sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud:

    'Sesungguhnya keberuntungan bagi orang yang menjauhi fitnah –(beliau mengucapkannya) tiga kali-, dan bagi orang yang mendapat cobaan, maka ia bersikap sabar, alangkah indahnya sabar terhadap bala.' Shahih Sunan Abu Daud, Syaikh al-Albani, hadits no. 3585.

    Dan barangsiapa yang dikelilingi fitnah dan tidak ada yang menyelamatkannya dari fitnah itu, maka hendaklah ia berlari dengan membawa agamanya dari segala fitnah dan memperbanyak ibadah, sebagaimana dalam hadits:  "Beribadah di saat fitnah adalah seperti berhijrah kepadaku." Musnad Ahmad 5/27, dan dalam Shahih al-Jami' no. 4119 dengan lafazh 'Beribadah dalam peperangan'. (Shahih).

    Berbekal diri dengan amal shaleh sangat dianjurkan untuk menjaga diri dari fitnah sebelum terjadinya. Nabi  bersabda: "Segeralah beramal shaleh (mendahului datangnya) segala fitnah." Shahih Muslim, kitab al-Iman, bab ke-51, hadits no. 186.

    Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan makna hadits tersebut: 'Pengertian hadits tersebut adalah dorongan bersegera melaksanakan amal ibadah sebelum uzur dan sebelum tidak bisa lagi melaksanakannya karena terjadinya fitnah yang menyibukkan, datang silih berganti, lagi sangat banyak. Syarah Shahih Muslim, Imam an-Nawawi, 1/492

    Dan barangsiapa yang bisa mengendalikan sebab-sebab fitnah, maka hendaklah ia berlepas diri darinya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits: "Patahkanlah padanya yang keras darimu." Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani, hadits no. 1795/2314 (Shahih).

    Sehingga Ka'ab bin Malik  menyebutkan cerita tiga orang yang tertinggal (dari perang Tabuk), bagaimana surat dari Raja Ghassan sampai kepadanya, yang isinya: 'Telah sampai berita kepadaku bahwa temanmu (Nabi Muhammad ) telah menjauhimu, dan Allah tidak menjadikanmu di negeri kehinaan dan kesempitan, maka datanglah kepada kami, niscaya kami akan membantumu.' Ka'ab  berkata: 'Tatkala aku membaca surat tersebut, aku berkata: ini juga termasuk bala, lalu aku menuju tempat pembakaran roti, maka aku membakar surat tersebut." Shahih al-Bukhari, kitab al- Fitan, bab ke-17, hadits no. 7098.

    Berdoa agar selalu terjaga dari kejahatan segala fitnah merupakan salah satu sebab keselamatan. Di dalam Musnad Ahmad:

    "Dan apabila engkau menghendaki fitnah terhadap hamba-hamba-Mu, hendaklah engkau mengambilku kepada-Mu, tanpa terlibat fitnah."Shahih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7089.

    Dalam doa Umar: 'Kami berlindung kepada Allah  dari kejahatan segala fitnah.' Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7090.

    Dan Anas  berkata: 'Berlindung kepada Allah  dari segala fitnah.'Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7090.

    Dan yang menyelamatkan engkau di sisi Allah  bahwa engkau mengingkarinya dan tidak ridha dengannya, serta jangan membantu atasnya. Nabi  bersabda:

    "Hati apapun yang mengingkarinya, niscaya tertoreh padanya titik putih, sehingga hati menjadi putih seperti batu yang licin, fitnah tidak membahayakannya selama masih adanya langit dan bumi.'Shahih al-Jami' no. 2960 dan diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim.

    Dan penyelamat yang paling penting adalah bahwa seseorang memahami agamanya dan membedakan batas-batas syara' tanpa kerancuan. Ibnu Hajar rahimahullah mengutip dari Ibnu Abi Syaibah rahimahullah sebuah hadits dari Hudzaifah , ia berkata padanya: 'Fitnah tidak membahayakanmu selama engkau mengenal agamamu. Sesungguhnya fitnah itu terjadi, apabila samar atasmu di antara kebenaran dan kebatilan.'Fath al-Bari, 13/49, kitab al-Fitan, syarah hadits 17.

    Sekalipun disertai semua sebab keselamatan ini dan yang lainnya, hati harus tetap bergantung kepada Allah . Dan benarlah: "Sesungguhnya keberuntungan adalah bagi orang yang menjauhi fitnah." Maka menjauhi segala fitnah adalah pemeliharan rabbani, lebih banyak daripada usaha manusia. Maka ambillah segala sebab dan memintalah pertolongan kepada Allah .
    Kesimpulan:
    Di antara penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah:

    • - Kesiapan hati menerimanya.
    • - Tenggelam dengan obrolan dan keyakinan ilusi.
    • - Mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara'.
    • - Menerima jabatan yang tidak mampu dilaksanakan.
    • - Sibuk berbicara, tanpa bekerja.

    Di antara dampak fitnah:

    • - Membuat manusia lupa terhadap kebenaran yang sebenarnya.
    • - Menipiskan agama.
    • - Menghilangkan akal.
    • - Tidak mendengarkan nasehat.


    Di antara penyelamat dari segala fitnah:

    • - Tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia.
    • - Paham terhadap agama.
    • - Berlepas diri dari sarana-sarana fitnah dan sebab-sebabnya.
    • - Tidak memegang jabatan dalam fitnah.
    • - Berdoa agar terjaga dari kejahatannya.
    • - Hati mengingari fitnah tersebut.
    • - Berbekal diri dengan amal shalih.

    Menjauhi fitnah adalah pemeliharaan rabbani, melebihi kondisinya sebagai
    usaha manusia.

    http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Menjauhi_Fitnah.pdf


    your comment


    Follow this section's article RSS flux
    Follow this section's comments RSS flux