• Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    PASAL KEEMPAT
    ADAB BERTEMAN

    23. Berhati-hati terhadap teman yang jahat:
    Sebagaimana keturunan yang bisa menular, maka begitu juga sesungguhnya adab yang buruk juga bisa menular, karena perilaku bisa berpindah, tabiat bisa mencuri, dan manusia sama seperti rombongan burung kecil yang dibentuk untuk meniru satu sama lain. Maka berhati-hatilah dari pergaulan bersama orang yang seperti itu, maka sesungguhnya ia sangat halus. Pilihlah untuk persahabatan orang yang membantumu mencapai tujuanmu, mendekatkan engkau kepada Rabb-mu, menyetujui di atas kemuliaan tujuanmu. Dan carilah teman dengan teliti, karena teman itu ada tiga:

    1. Teman manfaat.
    2. Teman kenikmatan
    3. Teman kemuliaan.

    Dua macam teman yang pertama terputus dengan terputusnya kepentingan; Manfaat pada yang pertama dan kenikmatan pada yang kedua. Adapun yang ketiga maka peganglah erat-erat, karena ia adalah yang membangkitkan persahabatan dan saling meyakini tertanamnya keutamaan antara yang satu dengan yang lain. Dan teman utama ini adalah 'pekerjaan susah' yang tidak mudah mendapatkannya.

    PASAL KE LIMA
    ADAB PENUNTUT ILMU DALAM KEHIDUPAN ILMIYAHNYA

    24. Semangat tinggi dalam ilmu:
    Antara tabiat Islam adalah berhias diri dengan semangat tinggi, dalam ilmu maka ia akan memberimu (dengan ijin Allah SWT) kebaikan yang tidak terputus, agar engkau naik pada derajat yang sempurna. Maka mengalirlah di dalam pembuluh darah (urat) yaitu darah kecerdasan, dan melompat di lapangan ilmu dan amal.

    Janganlah engkau melakukan kesalahan, lalu engkau campur adukan di antara semangat tinggi dan kesombongan, semangat tinggi adalah hiasan warisan para nabi dan sombong adalah penyakit orang yang sakit dengan penyakit orang-orang yang angkuh.

    25. Bergairah dalam menuntut ilmu:
    Engkau harus memperbanyak warisan Nabi muhammad SAW dan kerahkanlah kemampuanmu dalam menuntut ilmu dan mencari, sebanyak apapun ilmu yang ada padamu. Ingatlah: Berapa banyak yang ditinggalkan generasi terdahulu untuk generasi berikutnya."

    26. Melakukan perjalanan jauh dalam menuntut ilmu:
    Barangsiapa yang tidak melakukan perjalanan jauh dalam menuntut ilmu untuk mencari para ulama dan mengambil ilmu dari mereka, maka ia tidak pantas untuk dituju kepadanya (untuk diambil ilmunya): karena para ulama tersebut telah melewati waktu lama dalam belajar dan mengajar: mereka mempunyai tahrirat (editan), catatan, kutipan-kutipan ilmu, dan pengalaman yang susah didapatkan atasnya atau bandingannya di dalam kitab-kitab. Janganlah engkau mengambil ilmu dari para sufi yang lebih mengutamakan ilmu (yang aneh) terhadap ilmu (yang ada dalam kitab).

    27. Menjaga ilmu secara tertulis:
    Usahakanlah selalu menjaga ilmu (menyimpan kitab) karena mengikat ilmu dengan tulisan yang aman dari pada tersia-sia, memendekkan jarak saat membutuhkan, terutama faedah-faedah yang berharga, masalah-masalah yang berada di tempat yang tidak biasanya, permata-permata yang bertebaran yang engkau lihat dan dengar, karena khawatir akan terlupakan. Sesungguhnya hapalan melemah dan lupa selalu datang. Apabila terkumpul padamu berbagai macam catatan, maka kumpulkanlah dalam catatan khusus sesuai judulnya. Sesungguhnya ia membantumu di saat mendesak yang terkadang susah didapatkan dari orang lain.

    28. Menjaga ri'ayah:
    Usahakanlah menjaga ilmu (menjaga secara ri'ayah) dengan mengamalkan dan mengikuti. Engkau harus memurnikankan niatmu dalam menuntutnya. Jangalah engkau menjadikannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

    Jauhilah sikap sombong dan bangga dengannya. Jadikanlah hapalanmu dalam hadits sebagai hapalan ri'ayah bukan menghapal riwayat. Sudah seharusnya penuntut ilmu tampil berbeda dalam berbagai aspek kehidupannya dari kalangan awam dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW sejauh mungkin dan mempraktekkan sunnah-sunnah terhadap dirinya.

    29. Menjaga hapalan:
    Jagalah ilmu yang engkau dapatkan dari waktu ke waktu, sesungguhnya tidak menjaga ilmu adalah pertanda hilangnya ilmu tersebut. Apabila al-Qur`an yang mudah untuk dihapal bisa hilang jika tidak dipelihara, maka bagaimana dengan ilmu-ilmu lainnya? Sebaik-baik ilmu adalah yang didhabit (dicatat, dijaga) dasarnya dan diulang-ulangi cabangnya, membawa kepada Allah SWT dan menuntun kepada ridha-Nya.

    30. Memahami dengan mentakhrij (mengeluarkan) cabang di atas dasar: Dalam hadits Ibnu Mas'ud RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Semoga Allah SWT memberi cahaya kepada seseorang yang mendengarkan ucapanku, lalu menghapalnya, lalu menyampaikannya seperti yang didengarnya. Berapa banyak orang yang membawa/menghapal fiqh namun bukan seorang ahli fiqih, dan berapa banyak orang yang membawa fiqh kepada orang yang lebih fiqih darinya."

     Ibnu Khair rahimahullah berkata: 'Dalam hadits ini menjelaskan bahwa fiqih adalah istinbath (menarik kesimpulan) dan mendapatkan pengertian ucapan lewat jalur pemahaman. Dan dalam hal ini merupakan penjelasan kewajiban memahami, meneliti makna hadits, dan mengeluarkan yang tersembunyi dari rahasianya.'

    Ketahuilah, sebelum memahami harus terlebih dahulu memikirkan dengan melakukan pemikiran mendalam dalam kerajaan langit dan bumi, hingga seseorang memikirkan pada dirinya dan apa yang ada di sekitarnya. Kamu harus memahami nash syara' dan memikirkan apa yang meliputi tasyri', merenungkan maqashid (tujuan) syari'at. Seorang faqih adalah orang yang menghadapi peristiwa yang tidak ada nash padanya maka ia mengambil hukum baginya.

    31. Kembali kepada Allah SWT dalam menuntut dan mencari:
    Janganlah engkau merasa gelisah apabila belum dibukakan ilmu untukmu. Terkadang sebagian ilmu tidak bisa masuk karena terhalang nama-nama yang terkenal. Wahai penuntut ilmu, lipat gandakanlah keinginan, bersimpuhlah kepada Allah SWT dalam berdoa dan kembali kepada-Nya.

    32. Amanah ilmiyah:
    Penuntut ilmu harus berakhlak setinggi mungkin dengan amanah ilmiyah dalam menuntut ilmu, memikul (menghapal), mengamalkan, menyampaikan dan mengajar. Maka sesungguhnya keberuntungan suatu umat berada dalam kebaikan amal perbuatannya, dan kebaikan amal perbuatannya ada dalam kebenaran ilmunya, dan kebenaran ilmunya tergantung pada rijalnya (pembawanya) yang amanah pada sesuatu yang mereka riwayatkan atau mereka gambarkan.

    33. Jujur/benar:
    Jujur lahjah adalah tanda ketenangan, kemuliaan jiwa yang tersembunyi, ketinggian himmah (semangat, cita-cita), dan kematangan aqal. al-Auza'i berkata: 'Belajarlah kejujuran sebelum belajar ilmu.' Shidq (benar, jujur) adalah: menyampaikan ucapan sesuai realita dan kayakinan. Jujur, benar itu hanya ada dalam satu jalur. Adapun lawannya yaitu bohong/dusta maka ada tiga:

    a. Dusta penjilat: yaitu yang menyalahi realita dan keyakinan, seperti orang yang menjilat kepada orang yang dikenalnya seorang yang fasik atau ahli bid'ah, lalu ia menggambarkannya sebagai orang yang istiqamah.

    b. Dusta munafik: yaitu yang menyalahi keyakinan dan tidak sesuai realita, seperti orang munafik yang bertutur seperti yang dikatakan Ahlus Sunnah.

    c. Dusta orang yang bodoh: yaitu yang tidak sesuai realita dan sesuai keyakinan, seperti orang yang meyakini kebenaran ajaran kaum sufi dan bid'ah, lalu ia mengganggapnya sebagai wali. Wahai penuntut ilmu, waspadalah keluarnya engkau dari kebenaran/kejujuran kepada kebohongan.

    34. Perisai penuntut ilmu: yaitu 'tidak tahu', karena ia adalah setengah ilmu. Maka setengah bodoh adalah 'kata orang' dan 'saya kira'.

    35. Menjaga modal hartamu (detik-detik usiamu):
    Ambilah waktumu untuk mendapatkan ilmu. Jadilah engkau sekutu beramal, bukan sekutu penganggur. Jagalah waktu dengan sungguh-sungguh, selalu menuntut ilmu, senantiasa bersama para syaikh, sibuk menuntut ilmu dengan membaca, membacakan, muthala'ah, tadabbur, menghapal dan meneliti, terutama di masa muda. Mamfaatkanlah kesempatan yang sangat mahal ini agar engkau mendapatkan tingkatan ilmu yang tinggi. Hindarilah menunda-nunda seperti setelah selesai pekerjaan ini, setelah pensiun, tetapi bersegeralah. Jika engkau mengamalkannya maka merupakan bukti bahwa engkau memikul 'semangat besar dalam ilmu'.

    36. Rileks (menenangkan jiwa):
    Ambilah sebagian waktumu untuk istirahat dalam taman ilmu dari kitab-kitab pengetahuan umum, sesungguhnya hati memerlukan sedikit istirahat (rileks). Dari Ali bin Thalib RA berkata: 'Istirahatkanlah hati ini, sesungguhnya ia bisa merasa bosan sebagaimana badan merasa bosan."

    37. Membaca sambil mentashhih (membetulkan) dan dhabith (mencatat): Berusahalah untuk membaca dengan mentashhhih dan mencatat di hadapan guru (syaikh) yang ahli, agar engkau aman dari tahrif (penyimpangan), tashhihf (kesalahan tulisan, cetak), kekeliruan dan waham.

    38. Meringkas kitab-kitab besar: termasuk yang paling penting untuk memperluas pengetahuan, memperdalam pemahaman, mengeluarkan faedah yang tersimpan, dan mengenal metode para pengarang dalam karangan dan istilah mereka padanya.

    39. Pertanyaan yang baik:

    Hendaklah selalu beradab dalam bertanya, sesungguhnya ia termasuk pertanyaan yang baik, lalu mendengarkan, lalu pemahaman yang benar terhadap jawaban. Apabila telah dijawab, jangan sampai engkau mengatakan: akan tetapi ya syaikh, fulan berkata kepadaku seperti ini, atau ia berkata seperti. Maka sesungguhnya ini termasuk kurang dalam adab dan mengadu domba ulama satu sama lain. Jika engkau harus melakukan maka katakanlah: 'Apakah pendapatmu tentang fatwa seperti ini, dan jangan engkau menyebutkan nama seseorang.

    40. Bertukar pendapat tanpa berdebat (tanpa tujuan):
    Jauhilah perdebatan tanpa akhir, sesungguhnya ia adalah siksaan. Adapun bertukar pendapat (berdebat) dalam kebenaran maka sungguh ia adalah nikmat dan padanya menampakkan kebenaran di atas kebatilan, yang rajih atas yang marjuh. Ia dibangun atas dasar saling menasehati, santun, dan menyebarkan ilmu. Adapun perdebatan (tanpa tujuan) dalam diskusi maka sesungguhnya ia adalah pertengkaran dan riya, suara hiruk pikuk dan kesombongan, saling mengalahkan dan pertengkaran.

    41. Mudzakarah ilmu:

    Nikmatilah bersama para ahli dengan mudzakarah, sungguh ia berada di tempat yang melebih muthala'ah, mengisi hati, menguatkan ingatan, selalu netral dan santun, jauh dari penyimpangan dan resiko. Dan engkau mudzakarah bersama dirimu sendiri dalam memecahkan masalah

    42. Penuntut ilmu hidup di antara al-Qur`an dan sunnah serta ilmu-ilmu yang terkait dengan keduanya: keduanya bagi penuntut ilmu bagaikan sayap, maka hati-hatilah, jangan sampai engkau kehilangan sayap.

    43. Melengkapi ilmu pengantar (ilmu alat) setiap bidang ilmu:
    Engkau tidak akan bisa menjadi penuntut ilmu yang ahli lagi menguasai berbagai bidang ilmu selama engkau belum melengkapi alat-alat disiplin ilmu tersebut. Maka dalam ilmu fiqh di antara fiqh dan ushulnya, di dalam hadits di antara ilmu riwayah dan dirayah,,, dan seterusnya. Dan jika tidak demikian maka engkau tidak akan berhasil.


    http://www.islamhouse.com/p/265802

    =================


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...

    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    PASAL YANG KEENAM

    BERHIAS DIRI DENGAN AMAL IBADAH

    44. Di antara tanda ilmu yang bermanfaat:

    a. Mengamalkannya.

    b. Tidak suka sanjungan dan pujian serta tidak sombong terhadap orang lain.

    c. Engkau bertambah tawadhu' (rendah diri) setiap kali bertambah ilmu.

    d. Menghindar dari suka pujian, terkenal dan dunia.

    e. Tidak mengaku punya ilmu.

    f. Berburuk sangka terhadap diri sendiri dan berbaik sangka (husnuzh Zhan) terhadap orang lain.

    45. Mengeluarkan zakat ilmu:

    Tunaikan zakat ilmu untuk menyampaikan kebenaran, menyuruh yang ma'ruf, melarang yang mungkar, menjaga keseimbangan di antara mashlahat dan madharrat, menyebarkan ilmu, menyukai manfaat, memberikan syafaat bagi kaum muslimin dalam kebenaran dan kebaikan.

    Berusahalah menjaga pakaian (bekal) ini, ia merupakan pokok buah ilmu yang engkau dapatkan. Dan karena kemuliaan ilmu, maka ia menjadi bertambah karena diinfakkan dan berkurang karena disimpan, dan penyakitnya adalah disembunyikan. Dan janganlah karena alasan zaman yang sudah rusak, banyak orang fasik, nasehat tidak berfaedah mendorong engkau untuk tidak menunaikan kewajiban berdakwah. Maka jika engkau melakukan hal itu, maka ia merupakan perbuatan yang diinginkan oleh orang-orang fasik untuk bisa keluar meninggalkan keutamaan dan mengangkat bendera kehinaan.

    46. Izzatul ulama (kemuliaan ulama):

    Berhias diri dengan (izzatul ulama): untuk menjaga ilmu dan mengagungkannya. Maka janganlah engkau mau dimanfaatkan oleh orang-orang sombong atau bodoh, maka janganlah engkau lemah dalam berfatwa, atau memutuskan perkara, atau riset, atau ucapan...Maka janganlah engkau berjalan dengannya kepada ahli dunia dan janganlah engkau berdiri di atas pundak mereka, janganlah engkau berikan kepada bukan ahlinya sekalipun tinggi kedudukannya.

    Berilah kenikmatan kepada penglihatan dan mata hatimu dengan membaca biografi dan riwayat para imam yang telah mendahului niscaya engkau melihat padanya pengorbanan jiwa dalam menjaga jalan ini, terutama orang yang menggabungkan contoh teladan dalam hal ini.

     

    47. Menjaga ilmu:

    Jika engkau telah mendapatkan kedudukan, ingatlah selalu bahwa benang merah yang menyampaikan engkau kepadanya adalah menuntut ilmu. Maka dengan karunia Allah SWT, kemudian karena menuntut ilmu engkau telah mencapai kedudukan dalam mengajar, atau berfatwa, atau qadha, maka berikanlah ilmu sesuai kedudukannya berupa mengamalkannya dan menempatkan di tempat layak.

    Hindarilah jalan orang-orang yang menjadikan dasar (menjaga kedudukan), maka mereka menutup lidah mereka dari perkataan yang benar dan mendorong mereka menyukai wilayah dari mujarah.

    48. Mudarah, bukan mudahanah:

    Mudahanah adalah akhlak yang rendah. Adapun mudarah, maka ia tidak seperti itu. Oleh karena itu janganlah engkau campur adukan di antara keduanya. Maka mudahanah mendorongmu

    mendatangkan sifat nifak secara terbuka, dan mudahanah itulah yang menyentuh agamamu.

    49. Rindu dengan kitab-kitab: kemuliaan ilmu sudah diketahui karena manfaatnya yang nyata dan sudah menjadi kebutuhan. Karena inilah para penuntut ilmu sangat rindu untuk menuntut ilmu dan rindu untuk mengumpulkan kitab-kitab disertai memilih/menyaring.

    50. Melengkapi maktabahmu:

    Hendaklah engkau memiliki kitab-kitab yang ditulis dengan cara mengambil dalil dan memahami illat-illat hukum, serta mendalami rahasia masalah, dan yang paling utama adalah kitab-kitab karya:

    a. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

    b. Ibnul Qayyim.

    c. Ibnu Abdil Barr, terutama kitab at-Tamhid.

    d. Ibnu Quddamah, terutama kitab al-Mughni.

    e. adz-Dzahabi.

    f. Ibnu Katsir.

    g. Ibnu Rajab.

    h. Ibnu Hajar.

    i. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.

    j. Kitab-kitab ulama dakwah, dan di antara yang menggabungkannya adalah kitab ad-Durarus Saniyah.

    k. ash-Shan'ani, terutama kitab Subulus Salam.

    l. Shidiq Hasan Khan al-Khanuji.

    m. Al-'Allamah Muhammad al-Amin asy-Syanqithi, terutama kitabnya 'Adhwaul Bayan'. Dan kitab-kitab lainya yang sangat banyak.

    51. Berinteraksi dengan kitab: engkau tidak bisa mengambil faedah dari kitab apapun sehingga engkau mengetahui istilah yang digunakan pengarang di dalamnya, dan biasanya muqaddimah mengungkapkan hal itu. Maka mulailah membaca muqaddimah (pengantar) setiap kitab.

    52. Membuka kitab sebelum meletakkannya di perpustakaan:

    Apabila engkau mengoleksi suatu kitab, maka janganlah engkau letakkan di perpustakaanmu kecuali setelah membukanya, atau membaca pengantarnya, daftar isi dan beberapa tempat darinya. Adapun jika engkau meletakkannya bersama yang lain di perpustakaan, mungkin setelah berlalu beberapa waktu dan usia terus berjalan sedang engkau tidak sempat melihat kitab tersebut.

    53. Menjelaskan penulisan:

    Apabila engkau menulis, maka perjelaslah tulisan dengan menghilangkan ketidakjelasan, dan hal itu dengan berbagai cara:

    a. Tulisan yang jelas.

    b. Tulisanya menurut qaidah imla (penulisan).

    c. Memberikan titik bagi yang bertitik dan menghilangkan titik bagi yang tidak bertitik.

    d. Memberi harakat (baris) bagi yang rumit.

    e. Memberi tanda baca selain al-Qur`an dan hadits.

    http://www.islamhouse.com/p/265802

     


    your comment
  • Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
    Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

    بسم الله الرحمن الرحيم
    BEKAL PENUNTUT ILMU

    PASAL KETUJUH
    PERINGATAN-PERINGATAN

    54. Mimpi di saat jaga: Hindarilah bermimpi di saat jaga, dan di antaranya adalah bahwa engkau mengaku mengetahui sesuatu yang engkau tidak ketahui, atau menguasai sesuatu yang tidak engkau kuasai. Jika engkau melakukan hal itu maka ia merupakan hijab (penghalang) tebal untuk mendapatkan ilmu.

    55. Janganlah engkau menjadi 'Aba Syibr':
    Dikatakan: ilmu ada tiga jengkal, barangsiapa yang masuk di jengkal pertama niscaya ia sombong, dan barangsiapa yang masuk di jengkal kedua niscaya ia tawadhu' (rendah diri), dan barangsiapa yang masuk di jengkal ketiga niscaya ia mengetahui bahwa ia ia tidak mengetahui.

    56. Maju ke depan (menjadi pemimpin) sebelum ahli:

    Hindarilah maju ke depan sebelum ahli, maka ia merupakan penyakit dalam ilmu dan amal.

    57. Tanammur (seolah-olah ahli) dengan ilmu: Hindarilah apa yang dilakukan oleh orang-orang yang bangkrut dalam ilmu, ia muraja'ah satu masalah atau dua masalah. Lalu apabila di satu majelis ada orang yang dijadikan panutan, ia membahas dua masalah itu untuk menampakan ilmunya. Perbuatan ini sangat buruk, setidaknya ia mengetahui bahwa manusia mengetahi hakikatnya.


    58. Tahibir Kaghid (kertas):
    Sebagaimana harus berhati-hati dari karangan yang mengandung bid'ah dan yang akhirnya adalah tahbir kaghid, maka hindarilah mengarang sebelum sempurna alat-alatnya, cukup kemampuanmu, dan matang di atas tangan guru-gurumu.

    Adapun mengarang ilmu yang bermanfaat bagi seseorang yang sudah mampu, sempurna alatnya, luas pengetahuannya, sudah terlatih melakukan riset, muraja'ah, muthala'ah, meringkas yang panjang/besar, menghapal yang ringkas, dan mengingat masalah-masalahnya, maka ia merupakan amal yang paling utama yang dilakukan oleh orang-orang cerdas dari orang-orang yang utama.

    59. Sikapmu terhadap kekeliruan pendahulumu:
    Apabila engkau menemukan kekeliruan seorang ulama maka janganlah engkau merasa senang untuk merendahkannya, akan tetapi berbahagialah dengannya karena meluruskan masalah, mengingatkan kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan seorang imam yang penuh dalam lautan ilmu dan keutamaannya. Akan tetapi tidak membangkitkan fitnah atasnya dengan merendahkannya, maka terperdaya dengannya orang yang awam.

    60. Jauhilah syubhat:
    Hindarilah membangkitkan syubhat dan mendatangkannya atas dirimu atau orang lain. Syubhat itu adalah penculik dan hati itu sifatnya lemah, dan yang paling banyak menyebarkannya adalah ahli bid'ah, maka hindarilah mereka.

    61. Hindarilah lahn (kesalahan ucapan dan bahasa):
    Hindarilah kesalahan dalam ucapan dan tulisan, maka sesungguhnya tidak ada lahn merupakan kebesaran, kebersihan perasaan, berhenti di atas makna yang indah untuk keselamatan susunan kata.

    62. Aborsi pemikiran: Hindarilah aborsi pemikiran dengan mengeluarkan pemikiran sebelum matang.

    63. Israiliyat baru (Neo-Israiliyat):

    Hindarilah israiliyat gaya baru dalam hembusan para orentalis dari kaum yahudi dan kristen, maka lebih berbahaya daripada israiliyat lama. Sebagian kaum muslimin telah mengambil darinya dan yang lain tunduk baginya, maka janganlah engkau terjerumus padanya.

    64. Hindarilah perdebatan bizanthi:

    Maksudnya perdebatan yang mandul atau tidak berarti. Dulu bangsa Bizantium (Roma?) memperdebatkan tentang jenis kelamin malaikat sedangkan musuh sudah berada di pintu gerbang negeri mereka hingga menyerang mereka. Dan petunjuk salaf: Menahan diri dari banyak pertengkaran dan perdebatan, dan sesungguhnya terlalu banyak padanya termasuk tanda sedikit sifat wara'.

    65. Tidak ada kelompok dan tidak pula partai yang diikrarkan sikap wala' dan bara' atasnya:

    Dasar Islam bahwa tidak ada bagi mereka tanda selain Islam dan perdamaian. Wahai penuntut ilmu, semoga Allah Subhanahu Wa'Ta'ala memberi berkah padamu dan ilmu engkau, tuntutlah ilmu, amalkanlah, dan berdakwahlah karena Allah Subhanahu Wa'Ta'ala menurut metode salaf. Jangalah engkau termasuk orang yang suka keluar masuk dalam jamaah (kelompok-kelompok), maka engkau keluar dari yang luas kepada lobang yang sempit. Islam semuanya adalah untukmu secara sungguh dan manhaj. Semua kaum muslimin adalah jamaah, dan sesungguhnya tangan Allah SWT bersama jamaah. Maka tidak ada kelompok dan tidak pula partai di dalam Islam.

    Maka hindarilah (semoga Allah Subhanahu Wa'Ta'ala memberi rahmat kepadamu) partai-partai dan kelompok-kelompok yang pengikutnya mengelilinginya. Tidak lain ia menyerupai air mancur, mengumpulkan air dalam kondisi keruh dan memisahkannya secara sia-sia. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu, maka ia berada di atas petunjuk Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum.
    66. Pembatal-pembatal bekal ini:
    Ketahuilah, sesungguhnya di antara pembatal 'bekal' ini, yang merusak tatanannya adalah:
    1. Membuka rahasia.
    2. memindah ucapan dari satu golongan kepada golongan yang lain.
    3. Membual dan banyak omong.
    4. Banyak bercanda.
    5. Masuk dalam pembicaraan di antara dua orang.
    6. Dendam.
    7. Dengki.
    8. Buruk sangka.
    9. Duduk bersama ahli bid'ah.
    10. Melangkahkan kaki kepada yang diharamkan.
    Maka hati-hatilah dari dosa-dosa ini dan sejenisnya, pendekkanlah langkahmu dari semua yang diharamkan. Jika engkau lakukan, maka sungguh engkau memiliki iman yang tipis. Maka dimanakah engkau bahwa engkau seorang penuntut ilmu yang diisyaratkan dengan telunjuk, penuh dengan ilmu dan amal.

    Semoga Allah SWT meluruskan langkah, memberikan taqwa kepada kita semua, baik di dunia maupun akhirat.

    Semoga rahmat dan salam Allah Subhanahu Wa'Ta'ala senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

    Dan akhir doa kita adalah 'segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa'Ta'ala Rabb semesta alam.


    Diringkas oleh Muhammad bin Fahd bin Ibrahim al-Wad'an
    Riyadh, 1428 H.

    http://www.islamhouse.com/p/265802

     


    your comment